Analisis
Komponen Semantik Kata Zakat, Infak, dan Sedekah
ABSTRAK
Zakat, infaq dan sedekah merupakan tiga buah kata yang berbentuk
nomina, penggunaan ketiga kata ini dalam kehidupan sehari-hari dapat saling menggantikan
atau merupakan sinonim, ketiga kata ini dan derivasinya tidak dapat saling
menggantikan, bahkan merupakan tiga kata yang berbeda. Ada tiga permasalahan
yang akan dibahas yaitu: “apa komponen makna umum kata zakat, infaq, dan
sedekah, komponen makna pembeda kata zakat, infaq, dan sedekah, dan apa
perbedaan dan persamaan makna kata zakat, infaq, dan sedekah.
Analisis kata zakat, infaq, dan sedekah menggunakan teori analisis
komponen semantik yang terdiri atas empat langkah kerja, yaitu: Penamaan,
Parafrasa, Pendefinisian, dan pengklasifikasian. Melalui empat langkah kerja
analisis komponen makna tersebut, diharapkan komponen makna umum, dan komponen
makna pembeda kata zakat, infaq, dan sedekah dapat diketahui. Tulisan tentang
zakat, infaq, dan sedekah ini dimaksudkan untuk mengetahui bentuk serta
kasusnya sesuai dengan kedudukannya dalam kalimat dan dalam pengucapan serta
pengaplikasiannya sehari-hari.
Kata Kunci: Analisis Komponen
Semantik, Zakat, Infaq, Sedekah.
A.
Pendahuluan
Semantik merupakan cabang ilmu yang mengkaji makna yang
berkaitan dengan bahasa sebagai alat komunikasi verbal. Salah satu aspek yang
termasuk ke dalam semantik adalah komponen makna. Untuk
memahami bahwa pembendaharaan kata dalam suatu bahasa memiliki komponen makna,
yaitu kata-kata atau leksem-leksem dalam setiap bahasa dapat dikelompokkan
dalam kelompok-kelompok tertentu yang maknanya saling berkaitan atau berdekatan
karena sama-sama berada dalam satu bidang kegiatan atau keilmuan. Tetapi
disamping itu setiap kata atau leksem dapat juga dianalisis maknanya atas
komponen-komponen makna tertentu sehingga akan tampak perbedaan dan persamaan
makna antara kata yang satu dengan yang lain.
Bila mempelajari atau meneliti suatu bahasa, sudah tentu
tidak lepas dari mempelajari atau meneliti linguistik bahasa yang
dipelajarinya, baik fonologi, semantik, sintaksis dan lain-lain. Dalam makalah
ini yang akan dianalisis oleh penulis adalah masalah penggunaan kosa kata zakat,
infak, dan sedekah, yang akan didapat persamaan dan perbedaan penggunaan
dari ketiga kata tersebut. Terlebih lagi
ketiga kata tersebut dalam kehidupan sehari-hari sering terbalik dalam
pengucapannya bahkan sebagian orang menganggap sama atau tidak bisa
membedakannya.
Beranjak dari uraian tersebut, penulis perlu menganalisis berdasarkan suatu semantik yang diharapkan hasilnya dapat melengkapi atau
menambah referensi yang berkaitan dengan masalah semantik. Berkaitan dengan hal-hal yang sudah dikemukakan di atas dapat dirumuskan
beberapa masalah yang perlu dibahas, yaitu:
a. Apakah hakekat komponen semantik?
b. Bagaimana analisis komponen semantik kata zakat,
infak dan sedekah?
B.
Analisis Komponen Semantik
1.
Hakekat Analisis Komponen Semantik
Komponen makna
atau komponen semantik (semantic feature, semantic property,
atau semantic
marker) mengajarkan bahwa setiap kata atau unsur leksikal terdiri
dari satu atau beberapa unsur yang bersama-sama membentuk makna kata atau makna
unsur leksikal tersebut. Analisis ini mengandaikan setiap unsur leksikal
memiliki atau tidak memiliki suatu ciri yang membedakannya dengan unsur lain.[1]
Pengertian komponen menurut Palmer ialah keseluruhan makna dari suatu kata,
terdiri atas sejumlah elemen, yang antara elemen yang satu dengan yang lain
memiliki ciri yang berbeda-beda.[2]
Komponen makna, menurut Eugene Nida adalah sebagai berikut
Semantic
component is a structure part of the referential meaning of a word, disco ered
by componential analysis Semantic component may be common component, diagnostic
component, or supplementary components.[3]
Artinya “Komponen makna
adalah sebuah bagian susunan makna referensial sebuah kata, yang ditemukan
melalui analisis komponen. Komponen makna dapat berbentuk komponen umun,
komponen pembeda, dan komponen tambahan”.
2.
Prosedur Analisis Komponan Makna
Untuk menganalisis makna dapat digunakan berbagai
prosedur. Surayat menyebutkan empat teknik dalam menganalisis komponen makna
yakni penamaan, parafrasis, pendefinisian dan pengklasifikasian.[4]
1) Penamaan (penyebutan)
Menurut Nida “The process of naming is the
specifict act of designating such a referent.”[5]
Artinya, Proses penamaan adalah tindakan spesifik yang menunjukkan kepada
sebuah referen. Uraian Nida diatas, ditambahkan oleh Pateda sebagai berikut
“proses penamaan sebenarnya merupakan budi daya manusia untuk memudahkan mereka
berkomunikasi. Oleh sebab itu penamaan bersifat konvensional. Sebagai contoh, jika seseorang
menyebut kuda, maka orang lain mengerti apa yang disebutkan itu, dan orang
tersebut juga menyetujui bahwa nama binatang tersebut adalah kuda”.
Proses penamaan berkaitan dengan acuannya. Penamaan bersifat
konvensional dan arbitrer. Konvensional berdasarkan kebiasaan masyarakat
pemakainya sedangkan arbitrer berdasarkan kemauan masyarakatnya. Misalnya,
leksem rumah
mengacu ke ‘benda yang beratap, berdinding, berpintu, berjendela, dan biasa
digunakan manusia untuk beristirahat’.
Ada beberapa cara dalam proses penamaan, antara lain: (1) peniruan
bunyi, (2) penyebutan bagian, (3) penyebutan sifat khas, (4) penyebutan
apelativa, (5) penyebutan tempat asal, (6) penyebutan bahan, (7) penyebutan
keserupaan, (8) penyebutan pemendekan, (9) penyebutan penemuan baru, dan (10)
penyebutan pengistilahan.
2) Parafrasis
Untuk
menganalisis komponen makna sehingga menjadi lebih rinci, digunakan parafrasa.
Parafrasa bertitik tolak dari deskripsi secara pendek tentang sesuatu pada
waktu memparafrasa, orang tidak boleh mentimpang dari makna inti (leksikal),
dan medan makna[6]
katanya.[7]
Pada saat analisis, langkah kerja ini adalah membuat komponen makna melalui
deskripsi makna inti (leksikal).
Parafrasis merupakan deskripsi lain
dari suatu leksem, misalnya:
a. Paman dapat diparafrasis menjadi:
·
Adik laki-laki ayah
·
Adik laki-laki ibu
b. Berjalan dapat dihubungkan dengan: Berdarmawisata, berjalan-jalan, bertamasya, makan angin, pesiar.
3) Pendefinisian
Menurut Nida “the proses of defining would seem to be
simply another from of paraphrase It is true, but defining is a higly
specialized form of paraphrased and is rarely used in actual language situation
It consist essentially in combining all the farious specific paraphrases into a
single statement based on the diagnostic components of particular mening”.[8]
Artinya, proses pendefinisian merupakan bentuk lain dari
parafrasa. Itu benar, tapi pendefinisian adalah bentuk parafrasa tingkat tinggi
dan jarang digunakan dalam situasi bahasa yang sebenarnya. Pada dasarnya
terdiri atas penggabungan semua bentuk parafrasa spesifik, yang ditempatkan
kedalam sebuah pernyataan singkat berdasarkan atas komponen pembeda dari makna
satu dangan yang lain.
Pada langkah ini, hampir sama dengan memparafrasa. Hanya
saja, pendefinisian bertujuan untuk menemukan komponen makna yang lebih
spesifik. Dalam langkah kerja ini, komponen makna spesifik dapat dikatakan
sebagai komponen makna pembeda (diagnostik), karena komponen makna diagnostik
terbentuk dari komponen-komponen makna yang bersifat spesifik. Komponen makna
pembeda tersebut dapat dilihat melalui bentuk pernyataan singkat (dalam hal ini
melalui contoh kalimat).
4)
pengklasifikasian
menglasifikasi adalah menghubungkan sebuah kata dengan
kelasnya. Semakin sempit klasifikasi, akan semakin jelas definisinya.[9]
Pengklasifikasian adalah cara memberikan pengertian pada suatu kata dengan cara
menghubungkan kata yang satu dengan kata yang lain.
Klasifikasi atau taksonomi merupakan suatu proses yang bersifat alamiah untuk
menampilkan pengelompokan sesuai dengan pengalaman manusia. Klasifikasi
dibedakan atas klasifikasi dikotomis yaitu
klasifikasi yang terdiri atas dua anggota kelas atau subkelas saja dan klasifikasi
kompleks yaitu klasifikasi yang memiliki lebih dari dua subkelas.
Seorang bahasawan atau penutur suatu
bahasa dapat memahami dan menggunakan bahasanya bukanlah karena dia menguasai
semua kalimat yang ada di dalam bahsanya itu, melainkan karena adanya unsur
kesesuaian ciri-ciri semantik antara unsur leksikal yang satu dengan unsur
leksikal lain.
Contoh: antara kata wanita dan mengnadung ada kesesuaian ciri semantik. Tetapi antara jejaka dan
mengandung tidak ada kesesuaian cirri itu. Karena pada kata wanita ada ciri (+ mengandung) sedangkan
pada kata jejaka ada ciri (+ non mengandung).
ciri
|
wanita
|
Jejaka
|
Insan
|
+
|
+
|
Mengandung
|
+
|
-
|
Kesesuaian
ciri berlaku bukan hanya pada unsur-unsur leksikal saja, tetapi juga berlaku
antara unsur
leksikal dan gramatikal. Contohnya: kata seekor hanya sesuai dengan kata ayam,
tetapi tidak sesuai dengan kata ayam-ayam, yaitu bentuk reduplikasi dari kata
ayam. Kata
seekor sesuai dengan kata ayam, karena keduanya mengandung ciri (+tunggal),
sebaliknya kata seekor tidak sesuai dengan kata ayam-ayam karena seekor berciri
makna (+ tunggal) sedangkan ayam-ayam berciri makna (-tunggal).
Ciri
|
Seekor
|
Ayam
|
Ayam-ayam
|
Tunggal
|
+
|
+
|
-
|
Kata seekor dan
guru juga tidak mempunyai kesesuaian karena kata guru berciri makna (+manusia)
sedangkan kata seekor (-manusia). Kata seekor hanya sesuai dengan kata yang berciri
(-manusia), misalnya ayam dan kambing,. Kata ayam pun tidak sesuai dengan kata
seorang karena kata seorang berciri (+manisia).
Ciri
|
Guru
|
Ayam
|
Seekor
|
Seorang
|
Manusia
|
+
|
-
|
-
|
+
|
Adanya
kesesuaian unsur-unsur leksikal dan integrasinya dengan unrur gramatikal sudah
banyak diteliti orang sejalan dengan pesatnya penelitian di bidang semantik
sejak tahun 60-an. Pada ahli tata bahasa generatif seperti Chafe
(1970) dan Fillmore (1971), berpendapat
bahwa setiap unsur leksiakal mengandung ketentuan-ketentuan
penggunaannya yang sudah terpateri yang
bersifat gramatikal dan bersifat semantis.
Ketentuan-ketentuan gramatikal memberikan kondisi-kondisi gramatikal
yang berlaku jika suatu unsur gramatikal yang hendak digunakan. Contohnya, kata
kerja “makan” dalam penggunaannya
memerlukan adanya sebuah subjek dan sebuah objek (walaupun di sini objek bisa
dihilangkan).
4.
Manfaat Analisis Komponen Makna
Analisis komponen makna kata dapat membawa beberapa
manfaat untuk analisa semantik, baik semantik kalimat maupun semantik ujaran. Diantaranya sebagai berikut:[11]
a. Analisis komponen semantik makna kata dapat memberi jawaban atas pertanyaan
mengapa beberapa kalimat benar, mengapa beberapa kalimat lain tidak benar, dan
mengapa beberapa kalimat bersifat anomali.
a) Kalimat yang kebenarannya berlaku di mana-mana atau dikatakan kalimat
analitis benar atau singkatnya kalimat analitis:
·
Suaminya seorang laki-laki
·
Ibu saya seorang perempuan
·
Tetangga kami yang hamil itu seorang wanita
b) Kalimat yang bertentangan dalam dirinya atau kalimat berkontradiktoris interminis:
·
Pria itu melahirkan
·
Paman saya seorang perempuan
·
Tetangga kami yang hamil itu seorang pria
c) Kalimat yang bersifat anomali:
·
Tebing itu jantan
·
Ibu saya dirakit
·
Tetangga kami yang hamil itu geometris
b. Kita dapat meramal hubungan antara makna. Hubungan antara makna dibedakan
secara umum atas lima tipe, yakni kesinoniman, keantoniman, keberbalikan, dan
kehiponiman. Seperti kesinoniman yang memliliki komponen semantik yang identik,
yaitu “big” dan “large” dalam bahasa Inggris; “besar” dan “raya” bahasa
Indonesia.
c. Komponen makna dapat dipakai sebagai alat uji berdasarkan sistem logika.
Jika kita mendengar kalimat “sekretarisnya pria”, maka secara logis dengan
dasar komponen semantik kata “pria”, kita akan berkesimpulan bahwa
sekretarisnya itu “dewasa” dan berseks jantan.
C. Analisis Komponen Semantik Kata
Zakat, Infaq dan Sedekah
Melalui sebuah contoh kalimat, dapat dilihat komponen
makna spesifik dari tiap kata. Berdasarkan sumber data, ditemukan kemunculan
kata zakat sebanyak 32 kali, kata
infaq sebanyak 73 kali dan kata shodaqoh sebanyak 15 kali dalam
al-Qur’an.
1. Penamaan
Langkah kerja penamaan adalah mengumpulkan kata-kata yang
telah dimengerti dan disetujui memiliki padanan tertentu. Asal kata infaq
dari bahasa arab, yaitu (أنفق – ينفق – إنفاقا) yang bermakna pengurangan, keterputusan,
kelenyapan, mengorbankan dan membelanjakan
harta. Shadaqah berasal dari kata shadaqa yang
berarti benar. Ditinjau dari segi bahasa, zakat berasal dari kata زكا يزكى زكاة berarti; tumbuh,
berkembang, berkah, kesuburan, membersihkan atau mensucikan. Inilah kumpulan kata infaq, zakat dan sedekah dalam arti leksikalnya:
Kata-kata
|
Menurut kamus
Mu’jam Al-Wasiṭ
|
Menurut kamus Al-‘Aṣri
|
Infaq
|
Mengeluarkan harta dan semacamnya
untuk kebaikan
|
Membelanjakan, pengeluaran,
pembayaran, pembiayaan
|
Zakat
|
Berkah, berkembang, kesucian,
kebaikan, mampu
|
Kesucian, kemurnian
|
Sedekah
|
Apa-apa yang diberikan yang bertujuan untuk mendekatkan diri
kepada Allah
|
Amal, derma, kemurahan hati, uang
sokongan, fitrah, kurnia
|
2. Parafrasa
Langkah kerja parafrasa adalah membuat komponen makna
melalui deskripsi makna inti (leksikal). Untuk memprafasa tiap kata, dilakukan
dengan cara menggabungkan makna leksikal tiap data, yang ada dalam kamus. Tabel
komponen-komponen makna yang dikumpulkan dari kata infaq, zakat dan shodaqoh
dapat dilihat sebagai berikut:
kata
|
Komponen
makna
|
||
Infaq
|
Zakat
|
Shodaqoh
|
|
Pengeluaran
|
+
|
-
|
-
|
Membelanjakan
|
+
|
-
|
-
|
Pembayaran
|
+
|
-
|
-
|
Pembiayaan
|
+
|
-
|
-
|
Kesucian
|
-
|
+
|
-
|
Kemurnian
|
-
|
+
|
-
|
Derma
|
-
|
-
|
+
|
Amal
|
-
|
-
|
+
|
Kemurahan hati
|
-
|
-
|
+
|
Uang sokongan
|
-
|
-
|
+
|
Fitrah
|
-
|
-
|
+
|
Kurnia
|
-
|
-
|
+
|
Berkah
|
-
|
+
|
-
|
Mampu
|
-
|
+
|
-
|
Berkembang
|
-
|
+
|
-
|
Kebaikan
|
-
|
+
|
-
|
3.
Pendefinisian
Langkah kerja
pendefinisian sama dengan parafrasa namun pendefinisian bertujuan untuk
menemukan komponen makna diasnogtis dan bersifat spesifik. Komponen makna diagnostic
tersebut tidak muncul dalam makna leksikal, tetapi muncul melalui contoh
kalimat. Maka, untuk menemukan komponen makna diasnogtis tersebut, diperlukan
pernyataan singkat, atau sebuah contoh kalimat.
a.
Pendefinisian
kata zakat
Secara terminoligi syari’at Islam, zakat
didefinisikan sebagai sejumlah harta yang diambil dari jenis-jenis harta
tertentu yang wajib diserahkan kepada golongan manusia yang tertentu pula,
dengan syarat-syarat dan ketentuan tertentu. Zakat merupakan salah satu rukun
Islam yang amat penting. Zakat didasarkan pada dalili-dalil yang qath’i yang
menjadikan zakat memiliki hukum-hukum yang jelas. Zakat adalah bagian dari
agama Islam yang harus diketahui secara dharuri, yang bermakna bahwa orang yang
mengingkari kewajiban zakat akan menjadi kafir.[12]
Zakat yang diwajibkan atas orang-orang yang memenuhi
kriteria berikut:
·
Beragama Islam
·
Memiliki harta yang mencapai nisab
·
Kepemilikan terhadap harta tersebut mencapai
haul
b.
Pendefinisian
kata infaq
Pengertian
infaq adalah pengeluaran sukarela yang dilakukan seseorang. Allah memberi
kebebasan kepada pemiliknya untuk menentukan jenis harta, berapa jumlah yang
sebaiknya diserahkan, setiap kali ia memperoleh rizki, sebanyak yang ia
kehendakinya. Secara terminologi, kata infaq bermakna semua yang dibutuhkan manusia,
yang berupa makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal. Dinamakan infaq
karena menggunakan dan menghilangkan, dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan
tersebut.[13] Infaq dikeluarkan setiap orang yang beriman, sesuai penjelasan al-Qur’an sebagai berikut:
tûïÏ%©!$# tbqà)ÏÿZã Îû Ïä!#§£9$# Ïä!#§Ø9$#ur tûüÏJÏà»x6ø9$#ur xáøtóø9$# tûüÏù$yèø9$#ur Ç`tã Ĩ$¨Y9$# 3 ª!$#ur =Ïtä úüÏZÅ¡ósßJø9$# ÇÊÌÍÈ
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu
lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan
(kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Q.S. Ali ‘Imran: 134)
Ukuran nafkah itu tidak lain hanyalah secukupnya, dan
kecukupan itu tergantung kebiasaan yang disanggupi oleh pemberi nafkah. Allah
SWT berfirman:
÷,ÏÿYãÏ9
rè
7pyèy
`ÏiB
¾ÏmÏFyèy
(
`tBur
uÏè%
Ïmøn=tã
¼çmè%øÍ
÷,ÏÿYãù=sù
!$£JÏB
çm9s?#uä
ª!$#
4
w
ß#Ïk=s3ã
ª!$#
$²¡øÿtR
wÎ)
!$tB
$yg8s?#uä
4
ã@yèôfuy
ª!$#
y֏t/
9ô£ãã
#Zô£ç
ÇÐÈ
Hendaklah orang yang
mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. dan orang yang disempitkan rezkinya
hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah
tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah
berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan. (Q.S. ath-Thalaq: 7)
Ada
lima macam nafkah, diantaranya sebagai berikut:[14]
·
Nafkah manusia dari dirinya sendiri
·
Nafkah anak dari orang tua
·
Nafkah orang tua dari anaknya
·
Nafkah untuk istri dari suaminya
·
Nafkah-nafkah lainnya
·
Nafkah untuk binatang
·
Nafkah untuk tanaman pertanian dan pepohonan
c.
Pendefinisian
kata sedekah
Secara
terminologi syariat sedekah makna asalnya adalah tahqiqu syai'in bisyai'i, atau
menetapkan/menerapkan sesuatu pada sesuatu. Sikapnya sukarela dan tidak terikat
pada syarat-syarat tertentu dalam pengeluarannya baik mengenai jumlah, waktu
dan kadarnya. Atau pemberian sukarela yang dilakukan oleh seseorang kepada
orang lain, terutama kepada orang-orang miskin setiap kesempatan terbuka yang
tidak ditentukan jenis, jumlah maupun waktunya.[15]
Sedekah tidak
terbatas pada pemberian yang bersifat material saja tetapi juga dapat berupa
jasa yang bermanfaat bagi orang lain. Bahkan senyum yang dilakukan dengan
ikhlas untuk menyenangkan orang lain termasuk kategori sedekah. Shadaqoh
mempunyai cakupan yang sangat luas dan digunakan Al-Qur'an untuk mencakup
segala jenis sumbangan. Shadaqah ialah segala bentuk nilai kebajikan yang tidak
terikat oleh jumlah, waktu dan juga yang tidak terbatas pada materi tetapi juga
dapat dalam bentuk non materi, misalnya menyingkirkan rintangan di jalan,
menuntun orang yang buta, memberikan senyuman dan wajah yang manis kepada
saudaranya.
Hadits riwayat Imam Muslim dari Abu Dzar, Rasulullah menyatakan : "jika
tidak mampu bersedekah dengan harta, maka membaca tasbih, takbir, tahmid,
tahlil, berhubungan suami-istri, atau melakukan kegiatan amar ma’ruf nahi
munkar adakah sedekah". Dalam hadist Rasulullah memberi jawaban kepada
orang-orang miskin yang cemburu terhadap orang kaya yang banyak bershadaqah
dengan hartanya, beliau bersabda : "Setiap tasbih adalah shadaqah,
setiap takbir shadaqah, setiap tahmid shadaqah, setiap amar ma'ruf adalah
shadaqah, nahi munkar shadaqah dan menyalurkan syahwatnya kepada istri shadaqah".
(HR. Muslim)
Berdasarkan penjelasan
di atas tentang infaq, zakat dan shodaqoh, inilah tabel pendefinisian antara
ketiganya:
Komponen Makna
|
Leksem
|
||
Infaq
|
Zakat
|
Sedekah
|
|
Perintah Allah
|
+
|
+
|
+
|
Mengeluarkan
harta
|
+
|
+/-
|
+/-
|
Wajib
|
-
|
+
|
-
|
Sukarela/ seikhlasnya
|
+
|
-
|
+
|
Rukun Islam
|
-
|
+
|
-
|
Materi
|
+
|
+
|
+/-
|
Jasa
|
-
|
-
|
+/-
|
Ditentukan
jenis
|
-
|
+
|
-
|
Ditentukan
kadar/ terikat jumlah
|
-
|
+
|
-
|
Terikat waktu
|
-
|
+
|
-
|
Ditentukan
penerimanya
|
-
|
+
|
-
|
Niat baik
|
+/-
|
+
|
+
|
4.
Pengklasifikasian
Klasifikasi
dilakukan untuk memperjelas definisi, karena semakin sempit klasifikasi, akan
semakin jelas definisinya. Klasifikasi juga dapat dilakukan untuk mencari
komponen makna umum, dan komponen makna pembeda. Untuk melakukan klasifikasi
yang menghasilkan komponen makna umum dan pembeda. Dilakukan dengan tiga
langkah kerja sesuai teori Nida, sebagai berikut:
Tiga bentuk
komponen makna menurut Nida yaitu;
1.
Komponen
makna umum (common components), merupakan suatu makna terkecil, yang
sama-sama dimiliki oleh sejumlah kata, yang biasanya belum dapat digunakan
untuk membedakan makna.
Contohnya: zakat, infaq dan sedekah “memberikan
sebagian harta kepada orang lain”. Ketiga kata tersebut sama-sama memiliki
komponen makna/+.
2.
Komponen
makna pembeda (diagnostic components), merupakan satuan makna terkecil
yang dapat digunakan untuk membedakan makna. Contohnya:
Infaq: sifatnya sunnah, sumbangan sukarela/ seikhlasnya dan berupa
materi
Zakat: sifatnya wajib, adanya
ketentuannya/batasan jumlah harta yang harus diberikan dan siapa yang boleh menerima
dan berupa materi.
sedekah: sifatnya sunnah, sumbangan sukarela/ seikhlasnya dan berupa materi dan
nonmaterial.
3.
Komponen
makna pelengkap (supplementary components), merupakan satuan makna
terkecil yang tidak selalu dimiliki oleh sebuah kata. Sifatnya sebagai
keterangan tambahan atau pelengkap. Contohnya:
Zakat: rukun Islam
Infaq: tidak mempunyai komponen tersebut
Sedekah: tidak mempunyai komponen tersebut
Perbedaan
komponen makna kata Infaq, Zakat dan Shodaqoh dapat terlihat pada table
berikut:
Komponen
Makna
|
Leksem
|
||
Infaq
|
Zakat
|
Sedekah
|
|
Memberikan
sebagian harta
|
+
|
+
|
+
|
Wajib
|
-
|
+
|
-
|
Sunnah
|
+
|
-
|
+
|
Sukarela/
seikhlasnya
|
+
|
-
|
+
|
Materi
|
+
|
+
|
+/-
|
Terikat
jenis, kadar, jumlah, waktu, penerima
|
-
|
+
|
-
|
Rukun Islam
|
-
|
+
|
-
|
Kesimpulan
Komponen makna atau komponen semantik mengajarkan bahwa setiap kata
atau unsur leksikal terdiri dari satu atau beberapa unsur yang bersama-sama
membentuk makna kata atau makna unsur leksikal tersebut. Analisis ini
mengandaikan setiap unsur leksikal memiliki atau tidak memiliki suatu ciri yang
membedakannya dengan unsur lain. Pengertian komponen ialah keseluruhan makna
dari suatu kata, terdiri atas sejumlah elemen, yang antara elemen yang satu
dengan yang lain memiliki ciri yang berbeda-beda. Terdapat empat prosedur
teknik dalam menganalisis komponen makna yakni
penamaan, parafrasis, pendefinisian dan pengklasifikasian.
Setelah menganalisis komponen makna kata infaq, shodaqah dan zakat,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
·
Komponen
makna umum kata infaq, zakat dan shodaqah yaitu memberikan sebagian harta
kepada orang lain dan perintah Allah.
·
Komponen
pembeda kata infaq yaitu: hukumnya sunnah, sukarela/seikhlasnya, berupa materi.
·
Komponen
pembeda kata zakat yaitu: hukumnya wajib, berupa materi, Terikat jenis, kadar,
jumlah, waktu, penerima, rukun Islam.
·
Komponen
pembeda kata shodaqoh yaitu: hukumnya sunnah, sukarela/seikhlasnya, bisa berupa
materi maupun tidak.
Daftar Pustaka
Abdul
Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Aminuddin,
Semantik; Pengantar Studi Tentang Makna, Bandung, Sinar Baru Algensindo,
2011.
http://gerakaninfaq.blogspot.com/2010/06/perbedan-dan-pengertian-zakat-infaq.html
Husni Mubarok,
“Analisis Komponen Makna Kata Al-Kalam dan Al-Qaul dalam Al-Qur’an Al-Karim, Skripsi,
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI Depok, 2008.
J.D. Parera, Teori Semantik, Jakarta:
Erlangga, 2004.
Mansuer
Pateda, Semantik
Leksikal, (Jakarta: Riineka Cipta, 2001.
Mushthafa al-Bugha, dkk, Fiqh Manhaji; Kitab Fikih Lengkap
Imam asy-Syafi’i Jilid 1, Yogyakarta: Darul Uswah, 2012.
Nida, Eugene A.
Componential Analysis Of Meaning an introduction to Semantic Structures,
Netherland: The Hague, 1975.
[1] Abdul Chaer, Pengantar
Semantik Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), cet. 2, hlm.
114-116.
[2] Aminuddin, Semantik;
Pengantar Studi Tentang Makna, (Bandung, Sinar Baru Algensindo, 2011), cet.
4, hlm 128.
[3] Nida, Eugene
A. Componential Analysis Of Meaning an introduction to Semantic Structures,
(Netherland: The Hague, 1975), hlm. 232.
[4] Husni Mubarok,
“Analisis Komponen Makna Kata Al-Kalam dan Al-Qaul dalam Al-Qur’an Al-Karim, Skripsi,
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI Depok, 2008, hlm. 26.
[5] Nida, Eugene
A. Componential Analysis Of Meaning an introduction to Semantic Structures,
(Netherland: The Hague, 1975), hlm. 64.
[8] Nida, Eugene
A. Componential Analysis Of Meaning an introduction to Semantic Structures,
(Netherland: The Hague, 1975), hlm. 65.
[10] Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, (jakarta: rineka
cipta, 2002), cet. Kedua, hlm. 123-125.
[12] Mushthafa al-Bugha, dkk, Fiqh Manhaji; Kitab Fikih Lengkap Imam
asy-Syafi’i Jilid 1, (Yogyakarta: Darul Uswah, 2012), hlm. 266.
[13] Mushthafa al-Bugha, dkk, Fiqh Manhaji; Kitab Fikih Lengkap Imam
asy-Syafi’i Jilid 1, (Yogyakarta: Darul Uswah, 2012), hlm. 726.
[14] Mushthafa al-Bugha, dkk, Fiqh Manhaji; Kitab Fikih Lengkap Imam
asy-Syafi’i Jilid 1, (Yogyakarta: Darul Uswah, 2012), hlm. 726.
[15]
http://gerakaninfaq.blogspot.com/2010/06/perbedan-dan-pengertian-zakat-infaq.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar