Kisah-Kisah
Al-Qur’an
A.
Pendahuluan
Suatu peristiwa yang berhubungan dengan sebab dan
akibat dapat menarik perhatian para pendengar. Apabila dalam peristiwa itu
terselip pesan-pesan dan pelajaran mengenai berita-berita bangsa terdahulu. Rasa
ingin tahu merupakan faktor paling kuat yang dapat menanamkan kesan peristiwa
tersebut ke dalam hati.
Nasihat dengan tutur kata yang disampaikan tanpa
variasi tidak mampu menarik perhatian akal bahkan semua isinya pun tidak akan
dipahami. Akan tetapi bila nasihat itu dituangkan dalam bentuk kisah yang menggambarkan
peristiwa dalam realita kehidupan maka akan terwujudlah dengan jelas tujuannya.
Orang pun akan merasa senang mendengarkannya dan memperhatikannya dengan penuh
kerinduan dan rasa ingin tahu, pada giliranya ia akan terpengaruh dengan nasihat
dan pelajaran yang terkandung di dalamnya. Kesusastraan kisah dewa ini menjadi
seni yang khas di antara seni-seni
bahasa. Kesusastraan” kisah yang benar” telah membuktikan kondisi ini
dalam uslub Arabi secara jelas dan menggambarkanya dalam bentuk yang paling tinggi yaitu kisah-kisah al-Qur'an.
Sehubungan dengan hal tersebut, penulis akan
memaparkan mengenai makna qasas, macam-macam qasas dalam al-Qur’an, pengulangan
qasas, dan qasas al-Qur’an dan pendidikan.
B.
Pengertian Kisah Al-qur’an
Kata al-qasas jamak
dari qissah adalah bentuk masdar yang berarti cerita, kisah dan hikayah.[1] Kisah
berasal dari kata al-qassu yang berarti mencari atau mengikuti jejak.
Dikatakan:” قَصَصْتُ أَثَرَهُ” artinya “saya mengikuti atau
mencari jejaknya”.[2] Terdapat beberapa pengertian qasas
dalam al-Qur’an di antaranya adalah:
·
Jejak (atsar). Allah Ta’ala berfirman,
tA$s% y7Ï9ºs $tB $¨Zä. Æ÷ö7tR 4 #£s?ö$$sù #n?tã $yJÏdÍ$rO#uä $TÁ|Ás% ÇÏÍÈ
Musa berkata:
"Itulah (tempat) yang kita cari". lalu keduanya kembali, mengikuti
jejak mereka semula. (QS. Al-Kahfi: 64)
Dan firmannya melalui lisan ibu musa yaitu,
ôMs9$s%ur ¾ÏmÏG÷zT{ ÏmÅ_Áè% ( ÇÊÊÈ…
Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan:
"Ikutilah dia"…(QS. Al-Qasas: 11)
Maksudnya, ikutilah jejaknya sampai kamu melihat siapa yang
mengambilnya.
·
Cerita-cerita
yang dituturkan atau kisah, Allah Ta’ala berfirman,
¨bÎ) #x»yd uqßgs9 ßÈ|Ás)ø9$# ,ysø9$# 4… ÇÏËÈ
Sesungguhnya
ini adalah kisah yang benar,.. (QS. Ali ‘Imran: 62)
·
Menceritakan
kebenaran, Allah Ta’ala berfirman,
... 4 ÈbÎ) ãNõ3ßÛø9$# wÎ) ¬! (
Èà)t ¨,ysø9$# (
uqèdur çöyz tû,Î#ÅÁ»xÿø9$# ÇÎÐÈ
...menetapkan
hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia pemberi
keputusan yang paling baik". (QS. Al-An’am: 57)
·
Menceritakan ulang hal yang tidak mesti
terjadi, Allah Ta’ala berfirman,
tA$s% ¢Óo_ç6»t w óÈÝÁø)s? x8$töäâ #n?tã y7Ï?uq÷zÎ) (#rßÅ3usù y7s9 #´øx. (
¨bÎ) z`»sÜø¤±9$# Ç`»|¡SM~Ï9 Arßtã ÑúüÎ7B ÇÎÈ
Ayahnya berkata: "Hai anakku, janganlah
kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, Maka mereka membuat makar
(untuk membinasakan) mu. Sesungguhnya
syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia." (QS.
Yusuf :5)
Dari segi istilah, kisah berarti
berita-berita mengenai masalah yang pernah terjadi pada masa-masa secara
berturut-turut. Jadi qasas al-qur’an adalah pemberitaan al-Qur’an
tentang hal-ihwal umat atau komunitas yang telah berlalu, nubuwwat (kenabian)yang
terdahulu, serta peristiwa-peristiwa yang telah terjadi.[3] Kisah juga dapat diartikan suatu media untuk menyalurkan tentang
kehidupan atau suatu kebahagiaan tertentu dari kehidupan yang mengungkapkan
suatu peristiwa atau sejumlah peristiwa yang satu dengan yang lain saling
berkaitan, dan kisah harus memiliki pendahuluan dan bagian akhir. Sedangkan
Hasby Ash Shidiqiy mendefinisikan kisah ialah pemberitaan masa lalu tentang
umat, serta menerangkan jejak peninggalan kaum masa lalu.[4]
C. Macam-Macam Qasas dalam Al-Qur’an
Kisah-kisah di dalam al-Qur’an itu bermacam-macam, ada yang menceritakan
para nabi dan umat-umat dahulu, dan ada yang mengisahkan berbagai macam
peristiwa dan keadaan, dari masa lampau, masa kini, ataupun masa yang akan
datang.[5]
a)
Ditinjau
dari segi waktu
Ditinjau dari segi waktu terjadinya
peristiwa yang diceritakan dalam al-Qur’an, maka qasas al-Qur’an itu ada
tiga macam, sebagai berikut:
1.
Kisah
hal-hal ghaib pada masa lalu
Yaitu, kisah
yang menceritakan kejadian-kejadian ghaib yang sudah tidak bisa ditangkap panca
indra, yang terjadinya di masa lampau. Contohnya seperti kisah-kisah nabi Nuh,
nabi Musa, dan kisah Maryam, sebagai berikut
y7Ï9ºs ô`ÏB Ïä!$t7/Rr& É=øtóø9$# ÏmÏmqçR y7øs9Î) 4 $tBur |MYä. óOÎg÷t$s! øÎ) cqà)ù=ã öNßgyJ»n=ø%r& óOßgr& ã@àÿõ3t zNtötB $tBur |MYà2 öNÎg÷ys9 øÎ) tbqßJÅÁtF÷t ÇÍÍÈ
Yang demikian
itu adalah sebagian dari berita-berita ghaib yang Kami wahyukan kepada kamu (ya
Muhammad); Padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan
anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan
memelihara Maryam. dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka
bersengketa. (QS. Ali ‘Imran: 44)
ù=Ï? ô`ÏB Ïä!$t7/Rr& É=øtóø9$# !$pkÏmqçR y7øs9Î) ( $tB |MZä. !$ygßJn=÷ès? |MRr& wur y7ãBöqs% `ÏB È@ö6s% #x»yd ( ÷É9ô¹$$sù ( ¨bÎ) spt6É)»yèø9$# úüÉ)FßJù=Ï9 ÇÍÒÈ
Itu
adalah di antara berita-berita penting tentang yang ghaib yang Kami wahyukan
kepadamu (Muhammad); tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu
sebelum ini. Maka bersabarlah; Sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi
orang-orang yang bertakwa. (QS. Hud: 49(
2.
Kisah
hal-hal ghaib pada masa kini
Yaitu, kisah
yang menerangkan hal-hal ghaib pada masa sekarang, (meski sudah ada sejak dulu
dan masih akan tetap ada sampai masa yang akan datang) dan yang menyingkap
rahasia orang-orang munafik.
Contohnya
seperti kisah yang menerangkan tentang Allah SWT dengan segala sifat-sifat-Nya,
para malaikat, jin, setan, siksaan neraka, kenikmatan surga dan sebagainya. Kisah-kisah tersebut dari
dahulu sudah ada, sekarang pun masih ada dan hingga masa yang akan datang pun
masih tetap ada. Misalnya:
·
Surat Al-Qari’ah 1-6
èptãÍ$s)ø9$# ÇÊÈ $tB èptãÍ$s)ø9$# ÇËÈ !$tBur y71u÷r& $tB èptãÍ$s)ø9$# ÇÌÈ tPöqt ãbqä3t â¨$¨Y9$# ĸ#txÿø9$$2 Ï^qèZ÷6yJø9$# ÇÍÈ ãbqä3s?ur ãA$t6Éfø9$# Ç`ôgÏèø9$$2 Â\qàÿZyJø9$# ÇÎÈ $¨Br'sù ÆtB ôMn=à)rO ¼çmãZκuqtB ÇÏÈ
Hari kiamat, Apakah hari kiamat itu? Tahukah
kamu Apakah hari kiamat itu? Pada hari itu
manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran, Dan
gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan. Dan
Adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, (QS.
Al-Qari’ah:1-6)
·
Surat An-Nazi’at 1-9
ÏM»tãÌ»¨Y9$#ur $]%öxî ÇÊÈ ÏM»sÜϱ»¨Z9$#ur $VÜô±nS ÇËÈ ÏM»ysÎ7»¡¡9$#ur $[sö7y ÇÌÈ ÏM»s)Î7»¡¡9$$sù $Z)ö7y ÇÍÈ ÏNºtÎn/yßJø9$$sù #XöDr& ÇÎÈ tPöqt ß#ã_ös? èpxÿÅ_#§9$# ÇÏÈ $ygãèt7÷Ks? èpsùÏ#§9$# ÇÐÈ Ò>qè=è% 7Í´tBöqt îpxÿÅ_#ur ÇÑÈ $ydã»|Áö/r& ×pyèϱ»yz ÇÒÈ
Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras, Dan
(malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut, Dan
(malaikat-malaikat) yang turun dari langit dengan cepat, Dan
(malaikat-malaikat) yang mendahului dengan kencang, Dan
(malaikat-malaikat) yang mengatur urusan (dunia). (Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan) pada
hari ketika tiupan pertama menggoncang alam, Tiupan pertama itu diiringi oleh
tiupan kedua. Hati manusia
pada waktu itu sangat takut, Pandangannya
tunduk. (QS. An-Nazi’at:
1-9)
·
Surat At-Taubah 107
úïÏ%©!$#ur (#räsªB$# #YÉfó¡tB #Y#uÅÑ #\øÿà2ur $K)Ìøÿs?ur ú÷üt/ úüÏZÏB÷sßJø9$# #Y$|¹öÎ)ur ô`yJÏj9 Uu%tn ©!$# ¼ã&s!qßuur `ÏB ã@ö6s% 4 £`àÿÎ=ósus9ur ÷bÎ) !$tR÷ur& wÎ) 4Óo_ó¡ßsø9$# ( ª!$#ur ßpkô¶t öNåk¨XÎ) cqç/É»s3s9
Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada
orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan(pada
orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang
mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan
Rasul-Nya sejak dahulu. mereka Sesungguhnya bersumpah: "Kami tidak
menghendaki selain kebaikan. "dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta(dalam sumpahnya). (QS. At-Taubah:1-6)
·
Kisah hal-hal ghaib pada masa yang akan datang
Yaitu kisah-kisah yang menceritakan peristiwa-peristiwa
akan datang yang belum terjadi pada waktu turunnya al-Qur’an, kemudian
peristiwa tersebut betul-betul terjadi. Karena itu, pada masa sekarang ini,
berarti peristiwa yang dikisahkan itu telah terjadi.
Contohnya seperti kemenangan bangsa Romawi atas Persia,
yang diterangkan ayat 1-4 surat Ar-Rum. Dan seperti mimpi nabi bahwa beliau akan
dapat masuk Masjidil Haram bersama para sahabat, dalam keadaan sebagian mereka
bercukur rambut dan yang lain tidak. Pada waktu perjanjian Hudaibiah, nabi
gagal masuk Makkah, sehingga diejek orang-orang Yahudi, Nasrani, dan kaum
Munafik, bahwa mimpi nabi itu tidak terlaksana. Maka turunlah ayat 27 surat
Al-Fath:
ôs)©9 Xy|¹ ª!$# ã&s!qßu $töä9$# Èd,ysø9$$Î/ ( £`è=äzôtGs9 yÉfó¡yJø9$# tP#tysø9$# bÎ) uä!$x© ª!$# úüÏZÏB#uä tûüÉ)Ïk=ptèC öNä3yrâäâ z`ÎÅ_Çs)ãBur w cqèù$srB ( ...
Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada
Rasul-Nya, tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa
Sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil haram, insya Allah dalam Keadaan
aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak
merasa takut(QS Al-Fath: 27)
Contoh lain seperti jaminan Allah terhadap
keselamatan nabi Muhammad SAW dari penganiayaan orang, meski banyak orang yang
mengancam akan membunuhnya. Seperti ditegaskan dalam ayat 67 surat Al-Maidah:
$pkr'¯»t ãAqߧ9$# õ÷Ïk=t/ !$tB tAÌRé& øs9Î) `ÏB y7Îi/¢ ( bÎ)ur óO©9 ö@yèøÿs? $yJsù |Møó¯=t/ ¼çmtGs9$yÍ 4 ª!$#ur ßJÅÁ÷èt z`ÏB Ĩ$¨Z9$# 3 ¨bÎ) ©!$# w Ïöku tPöqs)ø9$# tûïÍÏÿ»s3ø9$# ÇÏÐÈ
Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan
kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan
itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari
(gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang kafir. (QS Al-Maidah: 67)
b)
Ditinjau dari segi materi
Jika ditinjau dari segi materi yang diceritakan, maka kisah al-Qur’an itu
terbagi menjadi 3 macam, sebagai berikut:
1.
Kisah
para nabi, mukjizat mereka, fase-fase dakwah mereka, dan penentang serta
pengikut mereka. Seperti kisah Nabi
Adam (QS.Al-Baqarah : 30-39. Al-Araf : 11 dan lainnya); Nabi Nuh (QS.Hud :
25-49); Nabi Hud (QS. Al-A’Raf: 65, 72, 50, 58); Nabi Idris (QS.Maryam: 56-57,
Al-Anbiya: 85-86); Nabi Yunus (QS.Yunus: 98, Al-An’am: 86-87); Nabi Luth (QS.Hud: 69-83); Nabi Salih
(QS.Al-A’Raf: 85-93); Nabi Musa (QS.Al-Baqarah: 49, 61, Al-A’raf: 103-157) dan
lainnya; Nabi Harun (QS.An-Nisa: 163); Nabi Daud (QS.Saba: 10, Al-Anbiya: 78); Nabi
Sulaiman (QS.An-Naml : 15, 44, Saba: 12-14); Nabi Ayub (QS. Al-An ‘am: 34,
Al-Anbiya: 83-84); Nabi Ilyas (QS.Al-An’am: 85); Nabi Ilyasa (QS.Shad: 48); Nabi Ibrahim
(QS.Al-Baqarah: 124, 132, Al-An’am: 74-83); Nabi Ismail (QS.Al-An’am: 86-87); Nabi
Ishaq (QS.Al-Baqarah: 133-136); Nabi Ya’qub (QS.Al-Baqarah: 132-140); Nabi
Yusuf (QS.Yusuf: 3-102); Nabi Yahya (QS.Al-An’am: 85); Nabi Zakaria (QS.Maryam:
2-15); Nabi Isa (QS.Al-Maidah: 110-120); Nabi Muhammad (QS.At-Takwir: 22-24,
Al-Furqan: 4, Abasa: 1-10, At-Taubah: 43 -57 dan lainnya.
2.
Kisah
orang-orang yang belum tentu nabi dan kelompok-kelompok manusia tertentu.
Seperti kisah beribu-ribu orang yang keluar dari kampungnya karena takut mati
(QS al-Baqarah: 243), Luqman
(QS.Luqman: 12-13); Dzul Qarnain (QS. Al-Kahfi: 83-98); Ashabul Kahfi
(QS.Al-Kahfi: 9-26); thalut dan jalut (QS.Al-Baqarah: 246-251); Yajuj Ma’fuz
(QS.Al-Anbiya: 95-97); bangsa Romawi (QS.Ar-Rum: 2-4). Maryam (QS. Ali Imron:
36-45, dll), Fir’aun (QS. Al-Baqarah: 49-50,dll), Qorun (QS. Al-Qashash:
76-79,dll)
3.
Kisah
peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian di zaman Rasulullah SAW. Seperti
kisah Ababil (QS.Al-Fil: 1-5); hijrahnya
Nabi SAW (QS.Muhammad: 13); perang Badar dan Uhud (QS. Ali Imran); perang
hunain dan At-Tabuk (QS. Taubah).
D.
Pengulangan Qasas
Al-Qur’an banyak mengandung kisah yang
pengungkapannya diulang-ulang di beberapa tempat. Berikut ini sebagian
pengulangan itu:
a)
Kisah Iblis
tidak mau tunduk kepada Adam: surat Al-Baqarah: 34, Al-A’raf: 11, Al-Kahfi: 50,
surat Thaha: 116, Shad: 74.
b)
Kisah kaum Nabi
Luth yang melakukan perbuatan homoseks: surat Al-A’raf: 80 dan 81, Hud: 78,
An-Naml: 54-55, Al-Ankabut: 29.
c)
Kisah istri Nabi
Luth yang dibinasakan: surat Al-A’raf: 83, Hud: 81, Al-Hijr: 60, Asy-Syura: 171,
An-Naml: 57.[6]
Di dalam kitab suci al-Qur’an banyak kisah yang disebutkan berulang-ulang,
bahkan sampai beberapa puluh kali. yaitu:[7]
Kisah
|
Pengulangan
|
Nabi Musa
|
126 kali
|
Nabi Adam
|
Al-Baqarah, Ali-‘Imran, Al-Maidah, dll
|
Nabi Ismail
|
12 kali
|
Nabi Dawud
|
16 kali
|
Nabi Ishaq
|
17 kali
|
Nabi Luth
|
27 kali
|
Nabi Ibrahim
|
99 kali
|
Hikmah diulangnya sebagian kisah al-Qur’an itu, sebagai berikut:[8]
a)
Menjelaskan ketinggian mutu sastra balaghah
al-Qur’an
b) Membuktikan ketinggian mukjizat al-Qur’an
c) Untuk lebih memperhatikan kepada pentingnya kisah-kisah al-Qur’an, agar
dapat lebih meresap dalam jiwa dan lebih terpatri dalam hati sanubari.
d)
Menunjukkan perbedaan tujuan dari tiap-tiap
kali pengulangan penyebutan kisah al-Qur’an itu, sebab penyebutan suatu kisah
yang pertama berbeda tujuannya dengan penyebutannya yang kedua, ketiga, dan
seterusnya.
E.
Qasas Al-Qur’an dan Pendidikan
1.
Konsep Kisah Al-Qur’an Dalam Pendidikan
Ada beberapa konsep kisah al-Qur’an dalam Pendidikan yaitu:[9]
1)
Konsep Petunjuk ( Irsyad )
Konsep Irsyad yaitu kisah yang disampaikan dalam
al-Qur’an mengandung petunjuk yang harus diikuti sebagai pesan yang mengajak pada
kebenaran. seperti kisah tentang Nabi Ibrahim yang mendapat petunjuk dari Allah
untuk berkorban.
Dari konsep ini anak-anak akan mendapat hikmah dari
petunjuk yang disampaikan dalam suatu serita, dengan petunjuk al-Qur’an
tersebut anak-anak mendapatkan arahan akan suatu yang benar dari sebuah
perbuatan baik dan meninggalkan kebiasaan yang buruk dan anak dapat terangsang
kreativitasnya dalam membuahkan hal-hal yang baru, dengan kreativitas yang
dikembangkan dari ide-ide yang didapati pada petunjuk al-Qur’an.
2)
Konsep dialogis dan menjawab persoalan
Sebagai contoh cara pengajaran bentuk dialogis ini adalah
dapat dilihat pada surat (Q.S .Yusuf :84-87) . Ayat tersebut menjelaskan bahwa
dialog yang terjadi antara Nabi Ya’kub dan putra-putranya, merupakan suatu
gambaran nilai etika yang sangat tinggi. Disini tampak luka hati yang
diakibatkan oleh perbuatan putra-putranya sendiri. nabi Ya’kub tetap mampu
bersikap lembut dengan selalu mengharap akan rahmat yang ia pesankan dengan
sikap dasar itu pada anak-anaknnya. Konsep ini sangat baik dalam mengajarkan
suritauladan yang baik pada diri anak. Dari dialog ayat tersebut anak-anak juga
dalam bercerita diajak berdialog seperti sesungguhnya, cara ini agar hubungan
anak dan pendidik lebih dekat dan lebih mudah memasukkan nilai cerita yang
dibawakan.
3)
Konsep mengingatkan (Dzikra)
Contoh dari konsep ini adalah kisah nabi Ayyub yang
terdapat dalam surah Al-anbiya’ : 83-84. Allah SWT Memberi anugerah pada Ayyub
untuk dapat mengumpulkan kembali keluarganya, dan ia menambahkan kepada mereka
sekeluarga sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari-Nya dan untuk menjadi
ingatan bagi orang-orang yang mempunyai pikiran.
4)
Konsep hikmah dan pelajaran
Bentuk ini adalah untuk memberikan pelajaran sebuah
kebenaran, agar selalu mengerti akan pentingnya sebuah pengetahuan dan hikmah.
Contoh dalam Q.S. Luqman 12-16.
Hikmah dan pelajaran yang dapat dipetik dalam ayat diatas
bahwa orang tua dalam mendidik anak dengan kepayahan dan kesulitannya baik
malam maupun siang semata-mata dilakukan agar anak mau mengingat kebaikan orang
tua terhadap apa saja yang telah diberikannya.
5)
Konsep ancaman
Bentuk ini adalah untuk membuat sebuah peringatan
(warning) agar meninggalkan sesuatu yang buruk, karena sesuatu yang buruk itu
mengandung konsekuensi sebagai balasan atas perbuatan buruk tersebut, dapat
berupa hukuman. Contoh dalam surah Al-Lahab ayat: 1-5.
Surat ini menceritakan akan konsekuensi sebuah perbuatan
buruk yang telah dilakukan oleh Abu Lahab, sehingga cerita ini akan menjadi
peringatan sekaligus ancaman bagi mereka yang mengulang perbuatan jahat seperti
apa yang telah dilakukan oleh Abu lahab dan Isterinya.
2.
Relevansi Kisah-kisah Al-Qur’an dalam Pendidikan
Penuturan kisah-kisah al-Qur’an mengandung muatan
edukatif bagi manusia khususnya pembaca dan pendengarnya. Kisah-kisah tersebut
menjadi bagian dari metode pendidikan yang efektif bagi pembentukan jiwa yang
mentauhidkan Allah SWT. Karena itu ditegaskan Allah SWT
öÄÈÝÁø%$$sù….
}È|Ás)ø9$# öNßg¯=yès9 tbrã©3xÿtFt ÇÊÐÏÈ
“…Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar
mereka berfikir”. (Q.S al-A’raf : 176)
1)
Sistematika
al-Qur’an dalam Menyampaikan Kisah
Ø Dengan menyebutkan kandungan suatu kisah secara umum melalui
beberapa kata secara singkat, setelah itu menguraikannya secara luas.
Ø Untuk menyampaikan pesan-pesan penting, al-Qur’an menggunakan
kaidah di antaranya adalah dengan mengemukakan pernyataan tegas secara
berjenjang baik berisi penolakan maupun pengukuhan isi kisah.
2)
Kisah
: Mediasi Interpretasi
Dalam perspektif teori pendidikan,
cerita atau kisah merupakan bentuk menyampaikan pesan penting terhadap anak
didik tanpa harus menyertakan instruksi yang bermuatan keseriusan.
Bahkan dengan kisah dapat membangkitkan imaginasi anak didik. Namun demikian,
metode ini juga mengalami kelemahan dan harus waspada terhadap kelemahan
tersebut. Karena apabila disampaikan dalam suasana yang tidak sesuai dengan
kecendrungan gaya belajar peserta didik dapat menimbulkan kejenuhan dan tidak
efektif.
3)
Cerita
Rasional dan Rasionalitas Cerita
Nilai-nilai yang harus tercakup dalam komposisi muatan kisah adalah
:
a.
Kisah
harus nyata
Kisah yang
nyata, identik dengan sejarah, hanya saja sejarah akan lebih identik sebagai
perpanjangan fakta yang terpotong oleh waktu dan zaman, sedang yang dikehendaki
dengan “kisah yang nyata” di sini adalah kisah tersebut meskipun tidak
disunahkan untuk menghaditskan dan menuliskan suatu fakta, tetapi paling tidak
jangan sampai bersebrangan dengan titik pandang rasional yang logis.
b.
Kenyataan
kisah
Suatu kisah sebelum disajikan, hendaknya harus lolos dari uji
kelayakan yaitu : “kenyataan kisah” dalam kehidupan rill. Dalam hal ini jika
terdapat factor X yang menjadikan misteri antara historisitas dan normativitas,
berarti kita harus berani untuk membedah kisah tersebut dengan mendekonstruksi
kembali dari bagian-bagian kisah yang tidak dapat menerima suatu kemungkinan
dan kenyataan.[10]
E
Faedah Kisah-kisah Al-Qur’an
Kisah-kisah dalam qur’an mempunyai banyak faedah. Berikut ini
beberapa faedah terpenting di antaranya :[11]
1.
Menjelaskan
asas-asas dakwah menuju Allah SWT dan menjelaskan pokok-pokok syari’at yang
dibawa oleh para nabi (Q.S al-Anbiya’ : 25)
2.
Meneguhkan
hati Rasulullah SAW dan hati umat Muhammad SAW atas agama Allah SWT, memperkuat
kepercayaan orang mukmin tentang menangnya kebenaran dan para pendukungnya
serta hancurnya kebatilan dan para pembelanya. (Q.S Hud : 120)
3.
Membenarkan
para nabi terdahulu, menghidupkan kenangan terhadap mereka serta mengabadikan
jejak dan peninggalannya.
4.
Menampakkan
kebenaran Muhammad dalam dakwahnya dengan apa yang diberitakannya tentang hal
ihwal orang-orang terdahulu di sepanjang kurun dan generasi.
5.
Menyibak
kebohongan ahli kitab dengan hujjah yang membeberkan keterangan dan petunjuk
yang mereka sembunyikan, dan menantang mereka dengan isi kitab mereka sendiri
sebelum kitab itu diubah dan diganti. (Q.S Ali ‘Imran: 93)
6.
Kisah
termasuk salah satu bentuk sastra yang dapat menarik perhatian para pendengar
dan memantapkan pesan-pesan yang terkandung di dalamnya ke dalam jiwa. (Q.S
Yusuf : 111).
Penutup dan Kesimpulan
Dari pemaparan diatas penulis dapat
menyimpulkan bahwa qissah al-Qur’an diartikan suatu media untuk menyalurkan
tentang kehidupan atau suatu kebahagiaan tertentu dari kehidupan yang
mengungkapkan suatu peristiwa atau sejumlah peristiwa yang satu dengan yang
lain saling berkaitan, dan kisah harus memiliki pendahuluan dan bagian akhir.
Macam-macam qasas dalam al-Qur’an
sebagai berikut: 1) Ditinjau dari segi waktu (Kisah hal-hal ghaib pada
masa lalu dan Kisah hal-hal ghaib pada masa kini), 2) Ditinjau dari segi materi (Kisah para nabi, mukjizat mereka, fase-fase dakwah mereka, dan
penentang serta pengikut mereka, Kisah orang-orang yang belum tentu nabi dan
kelompok-kelompok manusia tertentu dan Kisah peristiwa-peristiwa dan
kejadian-kejadian di zaman Rasulullah). Adapun relevansi kisah al-Qur’an dan
pendidikan merupakan sarana (media) sekaligus metode pendidikan yang bermanfaat
untuk menyampaikan informasi dan pelajaran.
Daftar
Pustaka
Al-Qattan,
Manna’ Khalil, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa,
2009).
Djalal, Abdul, Ulumul Qur’an, (Surabaya: Dunia Ilmu,
2008).
Http://ifien-ceria.blogspot.com/2012/05/qashash-al-quran.html
Izzan, Ahmad, ‘Ulumul
Qur’an Telaah Tekstualitas dan Kontekstualitas Al-Qur’an, (Tafakur).
Junaidi,
AF.2004. “Konsep Al-Qur’an dalam Pendidikan Spiritual Anak Melalui Kisah-
kisah”, dalam Jurnal Fenomena UII vol 2.
Khamdan dkk, Studi
Al-Qur’an Teori dan Metodologi, (Yogyakarta: Idea Press, 2011).
Munawir, Ahmad Wasun, Al Munawir Kamus Arab Indonesia, (Yogyakarta:
Al Munawir, 1984).
Munir, Ahmad,
Tafsir Tarbawi; Mengungkap Pesan Al-Qur’an tentang Pendidikan, (Ponorogo :
STAIN Ponorogo Press, 2007).
[1] Ahmad Warson Munawir, Al Munawir Kamus Arab Indonesia,
(Yogyakarta: Al Munawir, 1984), hlm. 1211
[2] Manna’ Khalil
al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa,
2009), hlm. 435.
[3] Ahmad Izzan, ‘Ulumul
Qur’an Telaah Tekstualitas dan Kontekstualitas Al-Qur’an, (Tafakur), hlm.
212-213
[4] Khamdan dkk, Studi
Al-Qur’an Teori dan Metodologi, (Yogyakarta: Idea Press, 2011), hlm.
176-177
[6] http://ifien-ceria.blogspot.com/2012/05/qashash-al-quran.html.
Akses 12-11-2013
[9] Junaidi,
AF.2004. “Konsep Al-Qur’an dalam Pendidikan Spiritual Anak Melalui Kisah-
kisah”, dalam Jurnal Fenomena UII vol 2, Hlm.142
[10] Ahmad Munir,
Tafsir Tarbawi; Mengungkap Pesan Al-Qur’an tentang Pendidikan, (Ponorogo :
STAIN Ponorogo Press, 2007), hlm. 145-157.
[11] Manna’ Khalil
al-Qattan, Studi…, hlm. 437.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar