Kamis, 04 Desember 2014

Jenis Bahan Ajar dan Kriteria Pemilihannya

Jenis Bahan Ajar dan Kriteria Pemilihannya

A.    Pendahuluan
Kebutuhan akan pendidikan yang berkualitas menuntut peran guru untuk mengembangkan aspek  profesionalnya. Salah satu ciri pendidik profesional adalah kemampuan pendidik dalam memilih dan mempersiapkan bahan ajar atau materi pelajaran dengan baik. Kecakapan pendidik dalam memilih dan mempersiapkan bahan ajar tergantung pada pengetahuan guru itu sendiri. pendidik harus mengetahui jenis-jenis bahan ajar yang bisa digunakan dalam proses pembelajaran dan prinsip-prinsip dalam memilih bahan ajar tersebut. Sehingga pembelajaran akan lebih bervariasi, menarik dan tidak membosankan. Tuntutan sekaligus kewajiban pendidik tersebut adalah mampu menyusun bahan ajar yang inovatif sesuai dengan kurikulum, perkembangan kebutuhan peserta didik, maupun perkembangan teknologi informasi.
Membuat atau menyusun bahan ajar sebenarnya adalah perkara yang gampang. Namun, selama ini, karena terbatasnya literatur yang mengulas tentang tema-tema seperti itu, baik di toko-toko buku maupun perpustakaan, menjadikan para pendidik tampaknya sulit merealisasikan tuntutan tersebut. Hal ini bisa kita lihat lembaga pendidikan di sekitar kita, masih sangat banyak pendidik yang menggunakan bahan ajar buatan orang lain ataupun buatan pabrik pada kegiatan pembelajaran yang mereka lakukan. Padahal mereka tahu dan sadar bahwa bahan ajar yang mereka gunakan itu sering kali tidak sesuai dengan konteks dan situasi sosial budaya peserta didik. Hal ini merupakan sebuah fenomena yang sungguh menyedihkan sekaligus sangat memprihatinkan bagi kita semua.[1]
Untuk itu, dalam makalah ini penulis akan memaparkan sebagian pokok bahasan yang terkait dengan bahan ajar yang diharapkan bisa menjadi pintu pencerahan, yaitu; 1) apa saja jenis-jenis bahan ajar yang bisa digunakan guru dalam proses pembelajaran?, 2) bagaimana kriteria pemilihan bahan ajar yang digunakan guru dalam proses pembelajaran?
B.     Jenis-Jenis Bahan Ajar
1.      Bahan Ajar Menurut Bentuknya
Berdasarkan bentuknya, bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu bahan cetak (printed), bahan ajar dengar (audio), bahan ajar pandang dengar (audiovisual) dan bahan ajar interaktif (interactive teaching material).[2]
a)      Bahan Ajar Cetak (Printed)
Bahan cetak merupakan bahan yang disiapkan dan disajikan dalam bentuk tulisan yang dapat berfungsi untuk pembelajaran dan penyampaian informasi.  Bahan ajar cetak yang  tersusun secara baik akan memberikan beberapa keuntungan seperti yang dikemukakan oleh Steffen Peter Ballstaedt, 1994 yaitu:
1)      Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga memudahkan bagi seorang guru untuk menunjukkan kepada peserta didik bagian mana yang sedang dipelajari.
2)      Biaya untuk pengadaannya relatif sedikit.
3)      Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dipindah-pindah secara mudah.
4)      Susunannya menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi individu.
5)      Bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca di mana saja.
6)      Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk melakukan aktivitas, seperti menandai, mencatat, membuat sketsa
7)      Bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang bernilai besar.
8)      Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri.[3]
Banyak sekali jenis bahan ajar cetak yang bisa digunakan dalam proses pembelajaran, antara lain adalah handout, modul, buku teks, lembar kegiatan siswa, model (maket), poster dan brosur.
1)      Handout
Menurut Andi Prastowo handout merupakan bahan pembelajaran yang sangat ringkas, bersumber dari beberapa literatur yang relevan terhadap kompetensi dasar dan materi pokok yang diajarkan kepada peserta didik.[4]
Pada umumnya handout berfungsi untuk membantu peserta didik agar tidak perlu mencatat, sebagai pendamping penjelasan pendidik, sebagai bahan rujukan peserta didik, memotivasi peserta didik agar lebih giat belajar, pengingat pokok-pokok materi yang diajarkan, memberi umpan balik dan menilai hasil belajar.[5]
2)      Modul
Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul berisi paling tidak tentang:
*      Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru)
*      Kompetensi yang akan dicapai
*      Content atau isi materi
*      Informasi pendukung
*      Latihan-latihan
*      Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)
*      Evaluasi
*      Balikan terhadap hasil evaluasi.[6]
Pembelajaran dengan modul juga memungkinkan peserta didik yang memiliki kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih cepat menyelesaikan satu atau lebih kompetensi dasar dibandingkan dengan peserta didik lainnya. Selain itu, juga meningkatkan kemampuan peserta didik untuk belajar sendiri tanpa tergantung kepaga kehadiran pendidik.
3)      Buku Teks
Buku teks pelajaran pada umumnya merupakan bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan atau buah pikiran dari pengarangnya yang disusun secara sistematis berdasarkan kurikulum yang berlaku.
Buku teks berguna untuk membantu pendidik dalam melaksanakan kurikulum karena disusun berdasarkan kurikulum yang berlaku, menjadi pegangan guru dalam menentukan metode pengajaran dan memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengulangi pelajaran atau mempelajari pelajaran baru.[7]
4)      Lembar Kegiatan Siswa
Lembar kegiatan siswa (student work sheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik.  Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk atau langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas.  Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya.[8]
LKS berfungsi untuk meminimalkan peran pendidik dan mengaktifkan peran peserta didik, mempermudah peserta didik untuk memahami materi yang diberikan dan kaya akan tugas untuk berlatih.[9]
5)      Model (Maket)
Model (maket) merupakan bahan ajar yang berupa tiruan benda nyata untuk menjembatani berbagai kesulitan yang bisa ditemui, apabila menghadirkan objek atau benda tersebut langsung ke dalam kelas, sehingga nuansa asli dari benda tersebut masih bisa dirasakan oleh peserta didik tanpa mengurangi struktur aslinya, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.[10]
6)      Brosur
Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan dilipat tanpa dijilid atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tetapi lengkap tentang perusahaan atau organisasi (Kamus besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, 1996). Dengan demikian, maka brosur dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar, selama sajian brosur diturunkan dari kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Mungkin saja brosur dapat menjadi bahan ajar yang menarik, karena bentuknya yang menarik dan praktis. Agar lembaran brosur tidak terlalu banyak, maka brosur didesain hanya memuat satu kompetensi dasar saja.  Ilustrasi dalam sebuah brosur akan menambah menarik minat peserta didik untuk menggunakannya.[11]
7)      Foto/Gambar
Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan tulisan. Foto/gambar sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu rancangan yang baik agar setelah selesai melihat sebuah atau serangkaian foto/gambar siswa dapat melakukan sesuatu yang pada akhirnya menguasai satu atau lebih kompetensi dasar.[12]
Menurut Weidenmann dalam buku Lehren mit Bildmedien menggambarkan bahwa melihat sebuah foto/gambar lebih tinggi maknanya dari pada membaca atau mendengar. Melalui membaca yang dapat diingat hanya 10%, dari mendengar yang diingat 20%, dan dari melihat yang diingat 30%.  Foto/gambar yang didesain secara baik dapat memberikan pemahaman yang lebih baik. Bahan ajar ini dalam menggunakannya harus dibantu dengan bahan tertulis. Bahan tertulis dapat berupa petunjuk cara menggunakannya dan atau bahan tes.[13]
b)     Bahan Ajar Dengar (Audio)
Bahan ajar audio merupakan salah satu bahan ajar noncetak yang didalamnya mengandung suuatu sistem yang menggunakan sinyal audio secara langsung, yang dapt dimainkan atau diperdengarkan oleh pendidik kepada peserta didiknya guna membantu mereka menguasai kompetensi tertentu.[14]
Jenis-jenis bahan ajar audio ini antara lain adalah radio, kaset MP3, MP4, sounds recorder dan handphone. Bahan ajar ini mampu menyimpan suara yang dapat diperddengarkan secara berulang-ulang kepada peserta didik dan biasanya digunakan untuk pelajaran bahasa dan musik.[15]
c)      Bahan Ajar Pandang Dengar (Audiovisual)
Bahan ajar pabdang dengar merupakan bahan ajar yang mengombinasikan dua materi, yaitu visual dan auditif. Materi auditif ditujukan untuk merangsang indra pendengaran sedangkan visual untuk merangsang indra penglihatan. Dengan kombinasi keduanya, pendidik dapat menciptakan proses pembelajaran yang lebih berkualitas.
Hal itu berdasarkan bahwa peserta didik cenderung akan lebih mudah mengingat dan memahami suatu pelajaran jika mereka tidak hanya menggunakan satu jenis indra saja, apalagi jika hanya indra pendengaran saja.[16]
Bahan ajar pandang dengar  mampu memperlihatkan secara nyata sesuatu yang pada awalnya tidak mungkin bisa dilihat di dalam kelas menjadi mungkin dilihat. Selain itu juga dapat membuat efek visual yang memungkinkan peserta didik memperkuat proses belajar. Bahan ajar pandang dengar antara lain adalah video dan film.
d)     Bahan Ajar Interaktif (Interactive Teaching Materials)
Bahan ajar interaktif adalah bahan ajar yag mengombinasikan beberapa media pembelajaran (audio, video, teks atau grafik) yang bersifat interaktif untuk mengendalikan suatu perintah atau perilaku alami dari suatu presentasi. Bahan ajar interaktif memungkinkan terjadinya hubungan dua arah antara bahan ajar dan penggunanya, sehinnga peserta didik akan terdorong untuk lebih aktif.
Bahan ajar interaktif dapat ditemukan dalam bentuk CD interaktif, yang dalam proses pembuatan dan penggunaannya tidak dapat trelepas dari perangkat komputer. Maka dari itu, bahan ajar interaktif juga termasuk bahan ajar berbasis komputer.
2.      Bahan Ajar Menurut Bentuknya
Menurut cara kerjanya, bahan ajar dibedakan menjadi lima macam, yaitu:[17]
a)      Bahan ajar yang tidak diproyeksikan, yakni bahan ajar yang tidak memerlukan perangfkat proyektor untuk memproyeksikan isi di dalamnya, sehingga peserta didik bisa langsung mempergunakan (membaca, melihat, dan mengamati) bahan ajar tersebut. Contohnya: foto, diagram, display, model, dan lain sebagainya.
b)      Bahan ajar yang diproyeksikan, yakni bahan ajar yang memerlukan proyektor agar bisa dimanfaatkan dan atau dipelajari peserta didik. Contohnya, slide, filmstrips, overhead transparencies, dan proyeksi komputer.
c)      Bahan ajar audio, yakni bahan ajar yang berupa sinyal audio yang direkam dalam suatu media rekam. Untuk menggunakannya, kita mesti memerlukan alat pemain (player) media rekam tersebut, seperti tape compo, CD player, VCD player, multimedia player, dan lain sebagainya. Contohnya: CD, flash disk, dan lain-lain.
d)     Bahan ajar video, yakni bahan ajar yang memerlukan alat pemutar yang biasanya berbentuk video tape player, VCD player, DVD player, dan sebagainya. Karena bahan ajar ini hampir mirip dengan bahan ajar audio, maka bahan ajar ini juga memerlukan media rekam. Hanya saja, bahan ajar ini dilengkapi dengan gambar. Jadi, dalam tampilan, dapat diperoleh sebuah sajian gambar dan suara secara bersamaan. Contohnya: video, film, dan lain sebagainya.
e)      Bahan ajar (media) komputer, yakni berbagai jenis bahan ajar non cetak yang membutuhkan komputer untuk menayangkan sesuatu untuk belajar. Contohnya, computer mediated instruction dan computer based multimedia atau hypermedia.
3.      Bahan Ajar Menurut Sifatnya
Rowntree dalam Belawati, dkk. (2003) mengatakan bahwa berdasarkan sifatnya, bahan ajar dapat dibagi menjadi empat macam, sebagaimana disebutkan berikut ini.[18]
a)      Bahan ajar yang berbasiskan cetak, misalnya buku, pamphlet, panduan belajar siswa, bahan tutorial, buku kerja siswa, peta, charts, foto bahan dari majalah serta Koran, dan lain sebagainya.
b)      Bahan ajar yang berbasiskan teknologi, misalnya audio cassette, siaran radio, slide, filmstrips, film, video cassettes, siaran televise, video interaktif, computer based tutorial, dan multimedia.
c)      Bahan ajar yang digunakan untuk praktik atau proyek, misalnya kit sains, lembar observasi, lembar wawancara, dan lain sebagainya.
d)     Bahan ajar yang dibutuhkan untuk keperluan interaksi manusia (terutama untuk keperluan pendidikan jarak jauh), misalnya telepon, hand phone, video conferencing, dan lain sebagainya.
C.    Kriteria Pemilihan Bahan Ajar
Pemilihan bahan ajar tidak bisa dilakukan sembarangan. Pemilihan bahan ajar menuntut dipergunakannya suatu pedoman atau prinsip-prinsip tertentu agar kita tidak salah pilih bahan ajar. Sebagaimana kita ketahui, tidak ada satu jenis bahan ajar pun yang  sempurna, yang mampu melayani segala tuntutan dan kebutuhan pembelajaran. Karena, setiap jenis bahan ajar memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Untuk itulah kita memerlukan prinsip-prinsip umum dalam pemilihan bahan ajar.[19]
Menurut Arif dan Napitulu, ada beberapa prinsip yang mesti kita pegang dalam memilih bahan ajar. Pertama, isi bahan ajar hendaklah sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kedua, bahan ajar hendaklah sesuai dengan kebutuhan peserta didik, baik dalam bentuk maupun tingkat kesulitannya. Ketiga, bahan ajar hendaklah betul-betul baik dalam penyajian faktualnya. Keempat, bahan ajar hendaklah benar-benar menggambarkan latar belakang dan suasana yang dihayati oleh peserta didik. Kelima,bahan ajar hendaklah mudah dan ekonomis penggunaannya. Keenam, bahan ajar hendaklah cocok dengan gaya belajar peserta didik. Ketujuh, lingkungan di mana bahan ajar digunakan harus tepat sesuai dengan jenis media yang digunakan.[20]
Adapun langkah-langkah yang bisa kita tempuh untuk memilih bahan ajar agar pas dan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran meliputi lima langkah pokok. Pertama, tentukan tujuan untuk apa kita ingin menggunakan suatu bahan ajar. Kedua, pelajari bidang bahan ajar yang kita butuhkan (misalnya kesehatan, pertanian, pendidikan dasar, perindustrian, dan sebagainya). Ketiga, buatlah perincian tentang jenis bahan ajar yang kita cari (misalnya bahan ajar buku cetak, bahan ajar cetak bukan buku, bahan ajar audio, bahan ajar audio-video, bahan ajar interaktif, dan bahan ajar lainnya). Keempat, tentukan apakah bahan ajar tersebut akan digunakan untuk memotivasi peserta didik agar mau belajar, mengajari mereka isi bidang (ilmu pengetahuan) tertentu, bahan belajar lanjutan, atau kelompok. Kelima, pilih bentuk bahan ajar yang tepat dan lakukan penilaian pada beberapa criteria berikut: kesesuaian tujuan dengan tujuan-tujuan pengajaran, kesesuaian isi isi dengan tujuan pengajaran, ketepatan penggunaan bahasa pada tingkat pengetahuan dan pengertiab peserta didik, ketepatan cara penyajian, contoh-contoh yang ditarik dengan tepat dari lapangan yang sesungguhnya, latihan-latihan yang memadai dan berdasarkan tujuan, serta aspek-aspek fisik (misalnya ukuran bahan ajar, jenis ukuran yang digunakan, kertas yang digunakan, kualitas percetakan, penjilidan, dan harga).[21]
Dengan memahami prinsip-prinsip ataupun langkah-langkah pemilihan bahan ajar tersebut, kita menjadi mudah dalam mengidentifikasi bahan ajar mana yang tepat untuk kegiatan pembelajaran yang akan kita lakukan. Sebagaimana telah kita pahami sejak awal bahwa setiap jenis bahan ajar mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh karenanya, kita tidak bisa jika hanya mengembangkan dan menggunakan satu jenis bahan ajar tertentu secara ekstrem. Kombinasi atau integrasi dari berbagai jenis bahan ajar yang ada jauh lebih baik. Agar semakin mantap dalam memilih bahan ajar, berikut ini diberikan penjelasan secara lebih spesifik mengenai pertimbangan pemilihan bahan ajar untuk setiap jenis bahan ajar.[22]
Berkaitan dengan pemilihan bahan ajar, ada tiga prinsip yang dapat dijadikan pedoman. Pertama, prinsip relevansi. Maksudnya, bahan ajar yang dipilih hendaknya ada relasi dengan pencapaian standar kompetensi maupun kompetensi dasar. Kedua, prinsip konsistensi. Maksudnya, bahan ajar yang dipilih memiliki nilai keajegan. Jadiantara kompetensi dasar yang mesti dikuasai peserta didik dengan bahan ajar yang disediakan memiliki keselarasan dan kesamaan. Ketiga, prinsip kecukupan. Maksudnya, ketika memilih bahan ajar, hendaknya dicari yang memadai untuk membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan.[23]
Selain itu ditambahkan juga oleh Arif dan Napitupulu bahwa ada empat hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bentuk bahan ajar, yaitu kebutuhan dan tingkat kemampuan awal para peserta didik yang menjadi sasaran pembelajaran, tempat dan keadaan di mana bahan ajar akan digunakan, metode penerapan dan penjelasannya, serta biaya proses dan produksi serta alat-alat yang digunakan untuk memproduksi bahan ajar.[24]
Dalam proses pemilihan bahan ajar, selain ketiga prinsip tersebut, ada beberapa langkah pemilihan bahan ajar yang juga perlu kita pahami dan jadikan sebagai pegangan, di antaranya adalah sebagai berikut:
a.       Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar, apakah aspek kognitif, psikomotorik, atau afektif.
b.      Mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar, apakah termasuk aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip, atau prosedur), afektif, atau motorik.
c.       Memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi. Cara yang paling mudah untuk melakukannya adalah dengan mengajukan enam pertanyaan sebagai berikut:
1)      Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa mengingat nama suatu objek, symbol, atau suatu peristiwa? Bila jawabannya “ya”, maka bahan ajar yang harus diajarkan adalah “fakta”.
2)      Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa kemampuan untuk menyatakan suatu definisi, menuliskan cirri khas sesuatu, atau mengelompokkan beberapa contoh objek sesuai dengan suatu definisi? Apabila jawabannya “ya”, maka bahan ajar yang harus diajarkan adalah “konsep”.
3)      Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa menjelaskan atau melakukan langkah-langkah secara urut ataukah membuat sesuatu? Apabila jawabannya “ya”, maka bahan yang harus diajarkan adalah “prosedur”.
4)      Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa menentukan hubungan antara beberapa konsep atau menerapkan hubungan antara berbagai konsep? Apabila jawabannya “ya”, maka bahan ajar yang harus diajarkan adalah “prinsip”.
5)      Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa memilih berbuat atau tidak berbuat sesuatu berdasarkan pertimbangan baik-buruk, suka-tidak suka, dan indah-tidak indah? Apabila jawabannya “iya”, maka bahan ajar yang harus diajarkan berupa “aspek afektif, sikap, atau nilai”.
6)      Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa melakukan perbuatan secara fisik? Apabila jawabannya “ya”, maka bahan ajar yang mesti diajarkan adalah “aspek motorik”.[25]
Pemilihan bahan ajar tidak bisa dilakukan dengan sembarangan. Pemilihan bahan ajar menuntut dipergunakannya suatu pedoman atau prinsip-prinsip tertentu agar para pendidik tidak salah dalam memilih bahan ajar. Berikut adalah kriteria pemilihan bahan ajar yang paparkan oleh Andi Prastowo:[26]
1.      Bahan Ajar Cetak:
a)      Memilih Handout
Pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam memilih handout adalah:
*      Substansi materi memiliki relevansi yang dekat dengan kompetensi dasar atau materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik.
*      Materi memberikan penjelasan secara lengkap tentang definisi, klasifikasi, prosedur, perbandingan, rangkuman dan sebagainya.
*      Padat pengetahuan.
*      Kebenaran materi dapat dipertanggungjawabkan
*      Kalimat yang disajikan singkat, jelas.
*      Menuntun pembicara/guru secara teratur dan jelas.
*      Dapat diambil dari buku atau hasil download dari internet.
*      Selanjutnya untuk kegiatan belajar mengajar seperti apa yang memerlukan bahan ajar handout
*      Hampir semua materi sesuai menggunakan bahan ajar handout. Namun sesuai dengan fungsinya maka handout biasanya dipadukan dengan bahan ajar lain, misalnya dengan LKS atau dengan modul.
*      Handout biasanya disiapkan juga untuk keperluan memperkaya informasi pada suatu seminar atau kegiatan ceramah.
b)     Memilih Buku Teks
Beberapa pertimbangan untuk memilih bahan ajar buku teks adalah sebagai berikut:
*      Substansi materi memiliki relevansi dengan kompetensi dasar atau materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik.
*      Materi dalam buku mencakup paling tidak memberikan penjelasan secara lengkap antara lain tentang definisi, klasifikasi, prosedur, perbandingan, rangkuman dan sebagainya.
*      Padat pengetahuan dan memiliki sekuensi yang jelas secara keilmuan.
*      Kebenaran materi dapat dipertanggungjawabkan.
*      Kalimat yang disajikan singkat, jelas.
*      Penampilan fisik bukunya menarik/menimbulkan motivasi untuk membaca.
*      Buku dapat dibeli di toko-toko buku, kalau buku berbahasa asing dapat dipesan melalui internet.
c)      Memilih Modul
Beberapa pertimbangan dalam memilih modul, antara lain:
*      Substansi materi relevan dengan kompetensi dasar atau materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik.
*      Modul tersusun secara lengkap, paling tidak mencakup antara lain; judul, pernyataan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik, petunjuk menggunakannya, informasi, langkah kerja, dan penilaian.
*      Materi memberikan penjelasan secara lengkap tentang definisi, klasifikasi, prosedur, perbandingan, rangkuman dan sebagainya.
*      Padat pengetahuan.
*      Kebenaran materi dapat dipertanggungjawabkan.
*      Kalimat yang disajikan singkat, jelas.
*      Menuntun guru dan siswa sehingga mudah digunakan.
*      Beberapa modul dapat di download dari internet.
d)     Memilih Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
Beberapa pertimbangan untuk memilih bahan ajar LKS adalah sebagai berikut:
*      Substansi materi memiliki relevansi dengan kompetensi dasar atau materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik, sesuaikan dengan yang tertuang dalam buku Kurikulum 2004.
*      Pernyataan kompetensi dasar yang akan dicapai oleh peserta didik.
*      Dilengkapi dengan petunjuk bagi guru/siswa.
*      Memiliki daya pikat terutama dari segi penyajian tulisan, tugas-tugas, dan penilaiannya.
*      Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang memudahkan guru/siswa dalam mengajar/belajar, misalnya petunjuk tentang referensi yang dapat diacu terkait dengan materi yang dipelajarinya.
*      LKS seharusnya sudah memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, hal ini harus tertuang dalam petunjuk.
*      Kalimat yang disajikan singkat, jelas.
*      Menuntun pembicara/guru secara teratur dan jelas.
*      Dapat dibeli di pasaran.
*      Substansi materi dapat mengembangkan pengetahuan dan wawasan siswa.
e)      Memilih Brosur
Beberapa pertimbangan untuk memilih bahan ajar brosur adalah sebagai berikut:
*      Substansi materi memiliki relevansi dengan kompetensi dasar atau materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik.
*      Materi memberikan informasi secara lengkap dan jelas tentang substansi yang disajikan.
*      Padat pengetahuan.
*      Kebanaran materi dapat dipertanggungjawabkan.
*      Kalimat yang disajikan singkat, jelas.
*      Menarik peserta didik untuk membacanya baik dari penampilannya maupun isinya.
*      Dapat diambil dari berbagai tempat yang menyediakan brosur baik instansi pemerintah maupun perusahaan swasta.
f)       Memilih Foto/Gambar
Beberapa pertimbangan untuk memilih bahan ajar foto/gambar adalah sebagai berikut:
*      Substansi materi yang disajikan dalam bentuk foto/gambar harus memiliki relevansi dengan kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik.
*      Gambar yang disajikan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
*      Ditampilkan dengan skala yang sesuai sehingga terlihat logis dan enak dilihat.
*      Gambar menampilkan judul atau keterangan.
*      Beberapa foto/gambar dapat dibeli di toko buku.
g)      Memilih Model (Maket)
Beberapa pertimbangan untuk memilih bahan ajar model (maket) adalah sebagai berikut:
*      Model/maket memiliki relevansi dengan materi yang akan diajarkan.
*      Model/maket memiliki ukuran tidak terlalu besar dan bobotnya juga tidak terlalu berat, sehingga dapat dipndidah-pindahkan oleh satu orang.
*      Model untuk biologi berukuran sama dengan benda aslinya.
*      Model/Maket dapat didapat selain di toko dapat juga dilihat di sumber belajar seperti museum atau perpustakaan.
2.      Memilih Bahan Ajar Audio
Dalam memilih audio sebagai bahan ajar, dapat memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a)      Substansi materi yang disajikan dalam program audio harus memiliki relevansi dengan kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik.
b)      Program audio yang disajikan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
c)      Direkam terlebih dahulu atau siaran langsung yang baik agar jelas didengar.
d)     Dilengkapi dengan keterangan tertulis.
e)      Beberapa siaran radio menyediakan program pendidikan dan beberapa kaset/CD dapat dibeli di toko buku.
3.      Memilih Bahan Ajar Audio Visual
Dalam memilih audio visual sebagai bahan ajar, dapat memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a)      Substansi materi yang disajikan dalam video harus memiliki relevansi dengan kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik.
b)      Alur cerita yang ada dalam program video merupakan sajian menarik dan diturunkan dari standar kompetensi atau kompetensi dasar dalam kurikulum.
c)      Ditampilkan dalam satu cerita yang menarik sehingga peserta didik tertarik untuk mempelajarinya.
d)     Kebenaran materi dapat dipertanggungjawabkan.
e)      Durasinya tidak terlalu lama, paling lama 20 menit.
f)       Pilih video yang sesuai misalnya apakah mengangkat suatu situasi diskusi, dokumentasi, promosi suatu produk, interview, atau bahkan menampilkan satu percobaan yang berproses.
4.      Memilih Bahan Ajar Interaktif
Bahan ajar interaktif saat ini telah mulai diproduksi, sehingga jika diperlukan untuk pengadaannya perlu memperhatikan beberapa hal dalam memilihnya, yaitu:
a)      Substansi materi yang disajikan dalam program interaktif harus memiliki relevansi dengan kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik.
b)      Program interaktif yang disajikan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
c)      Disajikan dalam bentuk disket atau CD.
d)     Dilengkapi dengan keterangan tertulis.
e)      Sajiannya menarik.

























KESIMPULAN

Berdasarkan bentuknya, bahan ajar dibagi menjadi empat macam, yaitu bahan cetak (printed), bahan ajar dengar (audio), bahan ajar pandang dengar (audiovisual) dan bahan ajar interaktif (interactive teaching material). Bahan cetak disiapkan dan disajikan dalam bentuk tulisan yang berfungsi untuk pembelajaran dan penyampaian informasi. Seperti modul, buku teks, handout, LKS, brosur, foto/gambar dan model (maket). Bahan ajar audio merupakan bahan ajar noncetak yang dapat dimainkan atau diperdengarkan guna membantu peserta didik menguasai kompetensi tertentu. Seperti radio, kaset MP3, MP4, sounds recorder dan handphone. Bahan ajar pandang dengar merupakan bahan ajar yang mengombinasikan dua materi, yaitu visual (untuk merangsang indra penglihatan) dan auditif (untuk merangsang indra pendengaran). seperti video dan film. Bahan ajar interaktif adalah bahan ajar yang mengombinasikan beberapa media pembelajaran (audio, video, teks atau grafik) yang bersifat interaktif untuk mengendalikan suatu perintah atau perilaku alami dari suatu presentasi. seperti CD interaktif. Pemilihan bahan ajar tidak bisa dilakukan dengan sembarangan. Pemilihan bahan ajar menuntut dipergunakannya suatu pedoman atau prinsip-prinsip tertentu agar para pendidik tidak salah dalam memilih bahan ajar.

DAFTAR PUSTAKA


Adi Kasimbar, Bahan Ajar dan Pengembangan Bahan Ajar. http: adikasimbar.wordpress.com. diakses tanggal 14 April 2013.
Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif (Yogyakarta: Diva Press, 2012)
Belawati, dkk, Pengembangan Bahan Ajar (jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2003)
Diknas, Panduan Pengembangan Bahan Ajar (Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, 2008)


[1] Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif (Yogyakarta: Diva Press, 2012), hlm. 6.
[2]Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif (Yogyakarta: Diva Press, 2012), hlm. 40.
[3]Diknas, Panduan Pengembangan Bahan Ajar (Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, 2008), hlm. 11-12.
[4]Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, hlm. 79.
[5]Belawati, dkk, Pengembangan Bahan Ajar (jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2003)
[6]Adi Kasimbar, Bahan Ajar dan Pengembangan Bahan Ajar. http: adikasimbar.wordpress.com. diakses tanggal 14 April 2013.
[7]Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, hlm. 170.
[8]Diknas, Panduan Pengembangan Bahan Ajar, hlm. 13.
[9]Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, hlm. 205-206.
[10]Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, hlm. 228.
[11]Adi Kasimbar, Bahan Ajar dan Pengembangan Bahan Ajar. http: adikasimbar.wordpress.com. diakses tanggal 14 April 2013.
[12]Diknas, Panduan Pengembangan Bahan Ajar, hlm. 14.
[13]Diknas, Panduan Pengembangan Bahan Ajar, hlm. 15..
[14]Belawati, dkk, Pengembangan Bahan Ajar (jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2003)
[15]Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, hlm. 266.
[16]Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, hlm. 301.
[17] Tian Belawati, dkk., Pengembangan Bahan Ajar, (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2003). Hlm…  andi prastowo, hlm. 41
[18] Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Yogyakarta: DIVA Press, 2012), hlm. 42-43.
[19] Andi, hlm. 374.
[20] Andi, hlm. 374.
[21] Andi, hlm. 374-375.
[22] Andi, hlm. 375-376.
[23] Andi, hlm. 58-59
[24] Zainudin Arif dan W.P. Napitupulu, Pedoman Baru Menyususn Bahan Ajar, (Jakarta, Grasindo, 1997), hlm. 36-37.
[25] Andi, hlm. 59-60.
[26]Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, hlm. 377-389

Tidak ada komentar:

Posting Komentar