Jenis Bahan Ajar dan Kriteria Pemilihannya
A.
Pendahuluan
Kebutuhan akan pendidikan yang berkualitas menuntut peran guru
untuk mengembangkan aspek profesionalnya.
Salah satu ciri pendidik profesional adalah kemampuan pendidik dalam memilih
dan mempersiapkan bahan ajar atau materi pelajaran dengan baik. Kecakapan
pendidik dalam memilih dan mempersiapkan bahan ajar tergantung pada pengetahuan
guru itu sendiri. pendidik harus mengetahui jenis-jenis bahan ajar yang bisa
digunakan dalam proses pembelajaran dan prinsip-prinsip dalam memilih bahan
ajar tersebut. Sehingga pembelajaran akan lebih bervariasi, menarik dan tidak
membosankan. Tuntutan sekaligus kewajiban pendidik tersebut adalah mampu
menyusun bahan ajar yang inovatif sesuai dengan kurikulum, perkembangan
kebutuhan peserta didik, maupun perkembangan teknologi informasi.
Membuat atau menyusun bahan ajar sebenarnya adalah perkara yang
gampang. Namun, selama ini, karena terbatasnya literatur yang mengulas tentang
tema-tema seperti itu, baik di toko-toko buku maupun perpustakaan, menjadikan
para pendidik tampaknya sulit merealisasikan tuntutan tersebut. Hal ini bisa
kita lihat lembaga pendidikan di sekitar kita, masih sangat banyak pendidik
yang menggunakan bahan ajar buatan orang lain ataupun buatan pabrik pada
kegiatan pembelajaran yang mereka lakukan. Padahal mereka tahu dan sadar bahwa
bahan ajar yang mereka gunakan itu sering kali tidak sesuai dengan konteks dan
situasi sosial budaya peserta didik. Hal ini merupakan sebuah fenomena yang
sungguh menyedihkan sekaligus sangat memprihatinkan bagi kita semua.[1]
Untuk itu, dalam makalah ini penulis akan memaparkan sebagian pokok
bahasan yang terkait dengan bahan ajar yang diharapkan bisa menjadi pintu
pencerahan, yaitu; 1) apa saja jenis-jenis bahan ajar yang bisa digunakan guru
dalam proses pembelajaran?, 2) bagaimana kriteria pemilihan bahan ajar yang digunakan
guru dalam proses pembelajaran?
B.
Jenis-Jenis Bahan Ajar
1.
Bahan Ajar Menurut Bentuknya
Berdasarkan bentuknya, bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi empat
kategori, yaitu bahan cetak (printed), bahan ajar dengar (audio), bahan ajar
pandang dengar (audiovisual) dan bahan ajar interaktif (interactive teaching
material).[2]
a)
Bahan Ajar Cetak (Printed)
Bahan cetak merupakan bahan yang disiapkan dan disajikan dalam
bentuk tulisan yang dapat berfungsi untuk pembelajaran dan penyampaian
informasi. Bahan ajar cetak yang tersusun secara baik akan memberikan beberapa
keuntungan seperti yang dikemukakan oleh Steffen Peter Ballstaedt, 1994 yaitu:
1)
Bahan
tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga memudahkan bagi seorang guru
untuk menunjukkan kepada peserta didik bagian mana yang sedang dipelajari.
2)
Biaya
untuk pengadaannya relatif sedikit.
3)
Bahan
tertulis cepat digunakan dan dapat dipindah-pindah secara mudah.
4)
Susunannya
menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi individu.
5)
Bahan
tertulis relatif ringan dan dapat dibaca di mana saja.
6)
Bahan
ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk melakukan aktivitas, seperti
menandai, mencatat, membuat sketsa
7)
Bahan
tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang bernilai besar.
8)
Pembaca
dapat mengatur tempo secara mandiri.[3]
Banyak sekali jenis bahan ajar cetak yang bisa digunakan dalam
proses pembelajaran, antara lain adalah handout, modul, buku teks, lembar
kegiatan siswa, model (maket), poster dan brosur.
1)
Handout
Menurut Andi Prastowo handout merupakan bahan pembelajaran yang
sangat ringkas, bersumber dari beberapa literatur yang relevan terhadap
kompetensi dasar dan materi pokok yang diajarkan kepada peserta didik.[4]
Pada umumnya handout berfungsi untuk membantu peserta didik agar
tidak perlu mencatat, sebagai pendamping penjelasan pendidik, sebagai bahan
rujukan peserta didik, memotivasi peserta didik agar lebih giat belajar,
pengingat pokok-pokok materi yang diajarkan, memberi umpan balik dan menilai
hasil belajar.[5]
2)
Modul
Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta
didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga
modul berisi paling tidak tentang:
Petunjuk
belajar (Petunjuk siswa/guru)
Kompetensi
yang akan dicapai
Content
atau isi materi
Informasi
pendukung
Latihan-latihan
Petunjuk
kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)
Evaluasi
Balikan
terhadap hasil evaluasi.[6]
Pembelajaran dengan modul juga memungkinkan peserta didik yang
memiliki kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih cepat menyelesaikan satu
atau lebih kompetensi dasar dibandingkan dengan peserta didik lainnya. Selain
itu, juga meningkatkan kemampuan peserta didik untuk belajar sendiri tanpa
tergantung kepaga kehadiran pendidik.
3)
Buku Teks
Buku teks pelajaran pada umumnya merupakan bahan tertulis yang
menyajikan ilmu pengetahuan atau buah pikiran dari pengarangnya yang disusun
secara sistematis berdasarkan kurikulum yang berlaku.
Buku teks berguna untuk membantu pendidik dalam melaksanakan
kurikulum karena disusun berdasarkan kurikulum yang berlaku, menjadi pegangan
guru dalam menentukan metode pengajaran dan memberikan kesempatan bagi peserta
didik untuk mengulangi pelajaran atau mempelajari pelajaran baru.[7]
4)
Lembar Kegiatan Siswa
Lembar kegiatan siswa (student work sheet) adalah lembaran-lembaran
berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk atau
langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar
kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya.[8]
LKS berfungsi untuk meminimalkan peran pendidik dan mengaktifkan
peran peserta didik, mempermudah peserta didik untuk memahami materi yang
diberikan dan kaya akan tugas untuk berlatih.[9]
5)
Model (Maket)
Model (maket) merupakan bahan ajar yang berupa tiruan benda nyata
untuk menjembatani berbagai kesulitan yang bisa ditemui, apabila menghadirkan
objek atau benda tersebut langsung ke dalam kelas, sehingga nuansa asli dari
benda tersebut masih bisa dirasakan oleh peserta didik tanpa mengurangi
struktur aslinya, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.[10]
6)
Brosur
Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang
disusun secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman
dan dilipat tanpa dijilid atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat
tetapi lengkap tentang perusahaan atau organisasi (Kamus besar Bahasa
Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, 1996). Dengan demikian, maka brosur
dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar, selama sajian brosur diturunkan dari
kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Mungkin saja brosur dapat
menjadi bahan ajar yang menarik, karena bentuknya yang menarik dan praktis.
Agar lembaran brosur tidak terlalu banyak, maka brosur didesain hanya memuat
satu kompetensi dasar saja. Ilustrasi dalam
sebuah brosur akan menambah menarik minat peserta didik untuk menggunakannya.[11]
7)
Foto/Gambar
Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan
tulisan. Foto/gambar sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu rancangan
yang baik agar setelah selesai melihat sebuah atau serangkaian foto/gambar
siswa dapat melakukan sesuatu yang pada akhirnya menguasai satu atau lebih kompetensi
dasar.[12]
Menurut Weidenmann dalam buku Lehren mit Bildmedien menggambarkan
bahwa melihat sebuah foto/gambar lebih tinggi maknanya dari pada membaca atau mendengar.
Melalui membaca yang dapat diingat hanya 10%, dari mendengar yang diingat 20%,
dan dari melihat yang diingat 30%.
Foto/gambar yang didesain secara baik dapat memberikan pemahaman yang
lebih baik. Bahan ajar ini dalam menggunakannya harus dibantu dengan bahan
tertulis. Bahan tertulis dapat berupa petunjuk cara menggunakannya dan atau bahan
tes.[13]
b)
Bahan Ajar Dengar (Audio)
Bahan ajar audio merupakan salah satu bahan ajar noncetak yang
didalamnya mengandung suuatu sistem yang menggunakan sinyal audio secara
langsung, yang dapt dimainkan atau diperdengarkan oleh pendidik kepada peserta
didiknya guna membantu mereka menguasai kompetensi tertentu.[14]
Jenis-jenis bahan ajar audio ini antara lain adalah radio, kaset
MP3, MP4, sounds recorder dan handphone. Bahan ajar ini mampu menyimpan suara
yang dapat diperddengarkan secara berulang-ulang kepada peserta didik dan
biasanya digunakan untuk pelajaran bahasa dan musik.[15]
c)
Bahan Ajar Pandang Dengar (Audiovisual)
Bahan ajar pabdang dengar merupakan bahan ajar yang mengombinasikan
dua materi, yaitu visual dan auditif. Materi auditif ditujukan untuk merangsang
indra pendengaran sedangkan visual untuk merangsang indra penglihatan. Dengan
kombinasi keduanya, pendidik dapat menciptakan proses pembelajaran yang lebih berkualitas.
Hal itu berdasarkan bahwa peserta didik cenderung akan lebih mudah
mengingat dan memahami suatu pelajaran jika mereka tidak hanya menggunakan satu
jenis indra saja, apalagi jika hanya indra pendengaran saja.[16]
Bahan ajar pandang dengar
mampu memperlihatkan secara nyata sesuatu yang pada awalnya tidak
mungkin bisa dilihat di dalam kelas menjadi mungkin dilihat. Selain itu juga
dapat membuat efek visual yang memungkinkan peserta didik memperkuat proses
belajar. Bahan ajar pandang dengar antara lain adalah video dan film.
d)
Bahan Ajar Interaktif (Interactive Teaching Materials)
Bahan ajar interaktif adalah bahan ajar yag mengombinasikan
beberapa media pembelajaran (audio, video, teks atau grafik) yang bersifat
interaktif untuk mengendalikan suatu perintah atau perilaku alami dari suatu
presentasi. Bahan ajar interaktif memungkinkan terjadinya hubungan dua arah
antara bahan ajar dan penggunanya, sehinnga peserta didik akan terdorong untuk
lebih aktif.
Bahan ajar interaktif dapat ditemukan dalam bentuk CD interaktif,
yang dalam proses pembuatan dan penggunaannya tidak dapat trelepas dari
perangkat komputer. Maka dari itu, bahan ajar interaktif juga termasuk bahan
ajar berbasis komputer.
2.
Bahan Ajar Menurut Bentuknya
Menurut cara kerjanya, bahan ajar
dibedakan menjadi lima macam, yaitu:[17]
a)
Bahan
ajar yang tidak diproyeksikan, yakni bahan ajar yang tidak memerlukan
perangfkat proyektor untuk memproyeksikan isi di dalamnya, sehingga peserta
didik bisa langsung mempergunakan (membaca, melihat, dan mengamati) bahan ajar
tersebut. Contohnya: foto, diagram, display, model, dan lain sebagainya.
b)
Bahan
ajar yang diproyeksikan, yakni bahan ajar yang memerlukan proyektor agar bisa
dimanfaatkan dan atau dipelajari peserta didik. Contohnya, slide,
filmstrips, overhead transparencies, dan proyeksi komputer.
c)
Bahan
ajar audio, yakni bahan ajar yang berupa sinyal audio yang direkam dalam suatu
media rekam. Untuk menggunakannya, kita mesti memerlukan alat pemain (player)
media rekam tersebut, seperti tape compo, CD player, VCD player,
multimedia player, dan lain sebagainya. Contohnya: CD, flash disk,
dan lain-lain.
d)
Bahan
ajar video, yakni bahan ajar yang memerlukan alat pemutar yang biasanya
berbentuk video tape player, VCD player, DVD player, dan sebagainya.
Karena bahan ajar ini hampir mirip dengan bahan ajar audio, maka bahan ajar ini
juga memerlukan media rekam. Hanya saja, bahan ajar ini dilengkapi dengan
gambar. Jadi, dalam tampilan, dapat diperoleh sebuah sajian gambar dan suara
secara bersamaan. Contohnya: video, film, dan lain sebagainya.
e)
Bahan
ajar (media) komputer, yakni berbagai jenis bahan ajar non cetak yang
membutuhkan komputer untuk menayangkan sesuatu untuk belajar. Contohnya, computer
mediated instruction dan computer based multimedia atau hypermedia.
3.
Bahan Ajar Menurut Sifatnya
Rowntree dalam Belawati, dkk. (2003)
mengatakan bahwa berdasarkan sifatnya, bahan ajar dapat dibagi menjadi empat
macam, sebagaimana disebutkan berikut ini.[18]
a)
Bahan
ajar yang berbasiskan cetak, misalnya buku, pamphlet, panduan belajar siswa,
bahan tutorial, buku kerja siswa, peta, charts, foto bahan dari majalah
serta Koran, dan lain sebagainya.
b)
Bahan
ajar yang berbasiskan teknologi, misalnya audio cassette, siaran radio, slide,
filmstrips, film, video cassettes, siaran televise, video
interaktif, computer based tutorial, dan multimedia.
c)
Bahan
ajar yang digunakan untuk praktik atau proyek, misalnya kit sains, lembar
observasi, lembar wawancara, dan lain sebagainya.
d)
Bahan
ajar yang dibutuhkan untuk keperluan interaksi manusia (terutama untuk
keperluan pendidikan jarak jauh), misalnya telepon, hand phone, video
conferencing, dan lain sebagainya.
C.
Kriteria Pemilihan Bahan Ajar
Pemilihan bahan ajar tidak bisa dilakukan sembarangan. Pemilihan
bahan ajar menuntut dipergunakannya suatu pedoman atau prinsip-prinsip tertentu
agar kita tidak salah pilih bahan ajar. Sebagaimana kita ketahui, tidak ada
satu jenis bahan ajar pun yang sempurna,
yang mampu melayani segala tuntutan dan kebutuhan pembelajaran. Karena, setiap
jenis bahan ajar memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Untuk
itulah kita memerlukan prinsip-prinsip umum dalam pemilihan bahan ajar.[19]
Menurut Arif dan Napitulu, ada beberapa prinsip yang mesti kita pegang
dalam memilih bahan ajar. Pertama, isi bahan ajar hendaklah sesuai
dengan tujuan pembelajaran. Kedua, bahan ajar hendaklah sesuai dengan
kebutuhan peserta didik, baik dalam bentuk maupun tingkat kesulitannya. Ketiga,
bahan ajar hendaklah betul-betul baik dalam penyajian faktualnya. Keempat,
bahan ajar hendaklah benar-benar menggambarkan latar belakang dan suasana yang
dihayati oleh peserta didik. Kelima,bahan ajar hendaklah mudah dan
ekonomis penggunaannya. Keenam, bahan ajar hendaklah cocok dengan gaya
belajar peserta didik. Ketujuh, lingkungan di mana bahan ajar digunakan
harus tepat sesuai dengan jenis media yang digunakan.[20]
Adapun langkah-langkah yang bisa kita tempuh untuk memilih bahan
ajar agar pas dan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran meliputi lima langkah
pokok. Pertama, tentukan tujuan untuk apa kita ingin menggunakan suatu
bahan ajar. Kedua, pelajari bidang bahan ajar yang kita butuhkan (misalnya
kesehatan, pertanian, pendidikan dasar, perindustrian, dan sebagainya). Ketiga,
buatlah perincian tentang jenis bahan ajar yang kita cari (misalnya bahan ajar
buku cetak, bahan ajar cetak bukan buku, bahan ajar audio, bahan ajar
audio-video, bahan ajar interaktif, dan bahan ajar lainnya). Keempat,
tentukan apakah bahan ajar tersebut akan digunakan untuk memotivasi peserta
didik agar mau belajar, mengajari mereka isi bidang (ilmu pengetahuan)
tertentu, bahan belajar lanjutan, atau kelompok. Kelima, pilih bentuk
bahan ajar yang tepat dan lakukan penilaian pada beberapa criteria berikut:
kesesuaian tujuan dengan tujuan-tujuan pengajaran, kesesuaian isi isi dengan
tujuan pengajaran, ketepatan penggunaan bahasa pada tingkat pengetahuan dan
pengertiab peserta didik, ketepatan cara penyajian, contoh-contoh yang ditarik
dengan tepat dari lapangan yang sesungguhnya, latihan-latihan yang memadai dan
berdasarkan tujuan, serta aspek-aspek fisik (misalnya ukuran bahan ajar, jenis
ukuran yang digunakan, kertas yang digunakan, kualitas percetakan, penjilidan,
dan harga).[21]
Dengan memahami prinsip-prinsip ataupun langkah-langkah pemilihan
bahan ajar tersebut, kita menjadi mudah dalam mengidentifikasi bahan ajar mana
yang tepat untuk kegiatan pembelajaran yang akan kita lakukan. Sebagaimana
telah kita pahami sejak awal bahwa setiap jenis bahan ajar mempunyai kelebihan
dan kekurangan masing-masing. Oleh karenanya, kita tidak bisa jika hanya
mengembangkan dan menggunakan satu jenis bahan ajar tertentu secara ekstrem.
Kombinasi atau integrasi dari berbagai jenis bahan ajar yang ada jauh lebih
baik. Agar semakin mantap dalam memilih bahan ajar, berikut ini diberikan
penjelasan secara lebih spesifik mengenai pertimbangan pemilihan bahan ajar
untuk setiap jenis bahan ajar.[22]
Berkaitan dengan pemilihan bahan ajar, ada tiga prinsip yang dapat
dijadikan pedoman. Pertama, prinsip relevansi. Maksudnya, bahan ajar
yang dipilih hendaknya ada relasi dengan pencapaian standar kompetensi maupun
kompetensi dasar. Kedua, prinsip konsistensi. Maksudnya, bahan ajar yang
dipilih memiliki nilai keajegan. Jadiantara kompetensi dasar yang mesti
dikuasai peserta didik dengan bahan ajar yang disediakan memiliki keselarasan
dan kesamaan. Ketiga, prinsip kecukupan. Maksudnya, ketika memilih bahan
ajar, hendaknya dicari yang memadai untuk membantu siswa menguasai kompetensi
dasar yang diajarkan.[23]
Selain itu ditambahkan juga oleh Arif dan Napitupulu bahwa ada
empat hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bentuk bahan ajar,
yaitu kebutuhan dan tingkat kemampuan awal para peserta didik yang menjadi
sasaran pembelajaran, tempat dan keadaan di mana bahan ajar akan digunakan,
metode penerapan dan penjelasannya, serta biaya proses dan produksi serta
alat-alat yang digunakan untuk memproduksi bahan ajar.[24]
Dalam proses pemilihan bahan ajar, selain ketiga prinsip tersebut,
ada beberapa langkah pemilihan bahan ajar yang juga perlu kita pahami dan
jadikan sebagai pegangan, di antaranya adalah sebagai berikut:
a.
Mengidentifikasi
aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar, apakah aspek kognitif,
psikomotorik, atau afektif.
b.
Mengidentifikasi
jenis-jenis materi bahan ajar, apakah termasuk aspek kognitif (fakta, konsep,
prinsip, atau prosedur), afektif, atau motorik.
c.
Memilih
bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang telah teridentifikasi. Cara yang paling mudah untuk melakukannya
adalah dengan mengajukan enam pertanyaan sebagai berikut:
1)
Apakah
kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa mengingat nama suatu
objek, symbol, atau suatu peristiwa? Bila jawabannya “ya”, maka bahan ajar yang
harus diajarkan adalah “fakta”.
2)
Apakah
kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa kemampuan untuk
menyatakan suatu definisi, menuliskan cirri khas sesuatu, atau mengelompokkan
beberapa contoh objek sesuai dengan suatu definisi? Apabila jawabannya “ya”,
maka bahan ajar yang harus diajarkan adalah “konsep”.
3)
Apakah
kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa menjelaskan atau
melakukan langkah-langkah secara urut ataukah membuat sesuatu? Apabila
jawabannya “ya”, maka bahan yang harus diajarkan adalah “prosedur”.
4)
Apakah
kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa menentukan hubungan
antara beberapa konsep atau menerapkan hubungan antara berbagai konsep? Apabila
jawabannya “ya”, maka bahan ajar yang harus diajarkan adalah “prinsip”.
5)
Apakah
kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa memilih berbuat atau
tidak berbuat sesuatu berdasarkan pertimbangan baik-buruk, suka-tidak suka, dan
indah-tidak indah? Apabila jawabannya “iya”, maka bahan ajar yang harus
diajarkan berupa “aspek afektif, sikap, atau nilai”.
6)
Apakah
kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa melakukan perbuatan
secara fisik? Apabila jawabannya “ya”, maka bahan ajar yang mesti diajarkan
adalah “aspek motorik”.[25]
Pemilihan bahan ajar tidak bisa dilakukan dengan sembarangan.
Pemilihan bahan ajar menuntut dipergunakannya suatu pedoman atau
prinsip-prinsip tertentu agar para pendidik tidak salah dalam memilih bahan
ajar. Berikut adalah kriteria pemilihan bahan ajar yang paparkan oleh Andi
Prastowo:[26]
1.
Bahan Ajar Cetak:
a)
Memilih Handout
Pertimbangan yang perlu diperhatikan
dalam memilih handout adalah:
Substansi
materi memiliki relevansi yang dekat dengan kompetensi dasar atau materi pokok
yang harus dikuasai oleh peserta didik.
Materi
memberikan penjelasan secara lengkap tentang definisi, klasifikasi, prosedur,
perbandingan, rangkuman dan sebagainya.
Padat
pengetahuan.
Kebenaran
materi dapat dipertanggungjawabkan
Kalimat
yang disajikan singkat, jelas.
Menuntun
pembicara/guru secara teratur dan jelas.
Dapat
diambil dari buku atau hasil download dari internet.
Selanjutnya
untuk kegiatan belajar mengajar seperti apa yang memerlukan bahan ajar handout
Hampir
semua materi sesuai menggunakan bahan ajar handout. Namun sesuai dengan
fungsinya maka handout biasanya dipadukan dengan bahan ajar lain, misalnya
dengan LKS atau dengan modul.
Handout
biasanya disiapkan juga untuk keperluan memperkaya informasi pada suatu seminar
atau kegiatan ceramah.
b)
Memilih Buku Teks
Beberapa pertimbangan untuk memilih
bahan ajar buku teks adalah sebagai berikut:
Substansi
materi memiliki relevansi dengan kompetensi dasar atau materi pokok yang harus
dikuasai oleh peserta didik.
Materi
dalam buku mencakup paling tidak memberikan penjelasan secara lengkap antara
lain tentang definisi, klasifikasi, prosedur, perbandingan, rangkuman dan sebagainya.
Padat
pengetahuan dan memiliki sekuensi yang jelas secara keilmuan.
Kebenaran
materi dapat dipertanggungjawabkan.
Kalimat
yang disajikan singkat, jelas.
Penampilan
fisik bukunya menarik/menimbulkan motivasi untuk membaca.
Buku
dapat dibeli di toko-toko buku, kalau buku berbahasa asing dapat dipesan
melalui internet.
c)
Memilih Modul
Beberapa pertimbangan dalam memilih modul, antara lain:
Substansi
materi relevan dengan kompetensi dasar atau materi pokok yang harus dikuasai
oleh peserta didik.
Modul
tersusun secara lengkap, paling tidak mencakup antara lain; judul, pernyataan
kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik, petunjuk menggunakannya,
informasi, langkah kerja, dan penilaian.
Materi
memberikan penjelasan secara lengkap tentang definisi, klasifikasi, prosedur,
perbandingan, rangkuman dan sebagainya.
Padat
pengetahuan.
Kebenaran
materi dapat dipertanggungjawabkan.
Kalimat
yang disajikan singkat, jelas.
Menuntun
guru dan siswa sehingga mudah digunakan.
Beberapa
modul dapat di download dari internet.
d)
Memilih Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
Beberapa pertimbangan untuk memilih bahan ajar LKS adalah sebagai
berikut:
Substansi
materi memiliki relevansi dengan kompetensi dasar atau materi pokok yang harus
dikuasai oleh peserta didik, sesuaikan dengan yang tertuang dalam buku
Kurikulum 2004.
Pernyataan
kompetensi dasar yang akan dicapai oleh peserta didik.
Dilengkapi
dengan petunjuk bagi guru/siswa.
Memiliki
daya pikat terutama dari segi penyajian tulisan, tugas-tugas, dan penilaiannya.
Dilengkapi
dengan petunjuk-petunjuk yang memudahkan guru/siswa dalam mengajar/belajar,
misalnya petunjuk tentang referensi yang dapat diacu terkait dengan materi yang
dipelajarinya.
LKS
seharusnya sudah memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, hal
ini harus tertuang dalam petunjuk.
Kalimat
yang disajikan singkat, jelas.
Menuntun
pembicara/guru secara teratur dan jelas.
Dapat
dibeli di pasaran.
Substansi
materi dapat mengembangkan pengetahuan dan wawasan siswa.
e)
Memilih Brosur
Beberapa pertimbangan untuk memilih bahan ajar brosur adalah
sebagai berikut:
Substansi
materi memiliki relevansi dengan kompetensi dasar atau materi pokok yang harus
dikuasai oleh peserta didik.
Materi
memberikan informasi secara lengkap dan jelas tentang substansi yang disajikan.
Padat
pengetahuan.
Kebanaran
materi dapat dipertanggungjawabkan.
Kalimat
yang disajikan singkat, jelas.
Menarik
peserta didik untuk membacanya baik dari penampilannya maupun isinya.
Dapat
diambil dari berbagai tempat yang menyediakan brosur baik instansi pemerintah
maupun perusahaan swasta.
f)
Memilih Foto/Gambar
Beberapa pertimbangan untuk memilih bahan ajar foto/gambar adalah
sebagai berikut:
Substansi
materi yang disajikan dalam bentuk foto/gambar harus memiliki relevansi dengan kompetensi
yang harus dikuasai oleh peserta didik.
Gambar
yang disajikan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Ditampilkan
dengan skala yang sesuai sehingga terlihat logis dan enak dilihat.
Gambar
menampilkan judul atau keterangan.
Beberapa
foto/gambar dapat dibeli di toko buku.
g)
Memilih Model (Maket)
Beberapa pertimbangan untuk memilih bahan ajar model (maket) adalah
sebagai berikut:
Model/maket
memiliki relevansi dengan materi yang akan diajarkan.
Model/maket
memiliki ukuran tidak terlalu besar dan bobotnya juga tidak terlalu berat,
sehingga dapat dipndidah-pindahkan oleh satu orang.
Model
untuk biologi berukuran sama dengan benda aslinya.
Model/Maket
dapat didapat selain di toko dapat juga dilihat di sumber belajar seperti
museum atau perpustakaan.
2.
Memilih Bahan Ajar Audio
Dalam memilih audio sebagai bahan ajar, dapat memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
a)
Substansi
materi yang disajikan dalam program audio harus memiliki relevansi dengan
kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik.
b)
Program
audio yang disajikan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
c)
Direkam
terlebih dahulu atau siaran langsung yang baik agar jelas didengar.
d)
Dilengkapi
dengan keterangan tertulis.
e)
Beberapa
siaran radio menyediakan program pendidikan dan beberapa kaset/CD dapat dibeli
di toko buku.
3.
Memilih Bahan Ajar Audio Visual
Dalam memilih audio visual sebagai
bahan ajar, dapat memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a)
Substansi
materi yang disajikan dalam video harus memiliki relevansi dengan kompetensi
yang harus dikuasai oleh peserta didik.
b)
Alur
cerita yang ada dalam program video merupakan sajian menarik dan diturunkan
dari standar kompetensi atau kompetensi dasar dalam kurikulum.
c)
Ditampilkan
dalam satu cerita yang menarik sehingga peserta didik tertarik untuk mempelajarinya.
d)
Kebenaran
materi dapat dipertanggungjawabkan.
e)
Durasinya
tidak terlalu lama, paling lama 20 menit.
f)
Pilih
video yang sesuai misalnya apakah mengangkat suatu situasi diskusi,
dokumentasi, promosi suatu produk, interview, atau bahkan menampilkan satu
percobaan yang berproses.
4.
Memilih Bahan Ajar Interaktif
Bahan ajar interaktif saat ini telah mulai diproduksi, sehingga
jika diperlukan untuk pengadaannya perlu memperhatikan beberapa hal dalam
memilihnya, yaitu:
a)
Substansi
materi yang disajikan dalam program interaktif harus memiliki relevansi dengan
kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik.
b)
Program
interaktif yang disajikan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
c)
Disajikan
dalam bentuk disket atau CD.
d)
Dilengkapi
dengan keterangan tertulis.
e)
Sajiannya
menarik.
KESIMPULAN
Berdasarkan bentuknya, bahan ajar dibagi menjadi empat macam, yaitu
bahan cetak (printed), bahan ajar dengar (audio), bahan ajar pandang dengar
(audiovisual) dan bahan ajar interaktif (interactive teaching material). Bahan
cetak disiapkan dan disajikan dalam bentuk tulisan yang berfungsi untuk
pembelajaran dan penyampaian informasi. Seperti modul, buku teks, handout, LKS,
brosur, foto/gambar dan model (maket). Bahan ajar audio merupakan bahan ajar
noncetak yang dapat dimainkan atau diperdengarkan guna membantu peserta didik
menguasai kompetensi tertentu. Seperti radio, kaset MP3, MP4, sounds recorder
dan handphone. Bahan ajar pandang dengar merupakan bahan ajar yang
mengombinasikan dua materi, yaitu visual (untuk merangsang indra penglihatan)
dan auditif (untuk merangsang indra pendengaran). seperti video dan film. Bahan
ajar interaktif adalah bahan ajar yang mengombinasikan beberapa media
pembelajaran (audio, video, teks atau grafik) yang bersifat interaktif untuk
mengendalikan suatu perintah atau perilaku alami dari suatu presentasi. seperti
CD interaktif. Pemilihan bahan ajar tidak bisa dilakukan dengan sembarangan.
Pemilihan bahan ajar menuntut dipergunakannya suatu pedoman atau prinsip-prinsip
tertentu agar para pendidik tidak salah dalam memilih bahan ajar.
DAFTAR PUSTAKA
Adi Kasimbar, Bahan Ajar dan Pengembangan Bahan Ajar. http:
adikasimbar.wordpress.com. diakses tanggal 14 April 2013.
Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif
(Yogyakarta: Diva Press, 2012)
Belawati, dkk, Pengembangan Bahan Ajar (jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka, 2003)
Diknas, Panduan Pengembangan Bahan Ajar (Jakarta: Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Atas, 2008)
[1] Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif (Yogyakarta:
Diva Press, 2012), hlm. 6.
[2]Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif (Yogyakarta:
Diva Press, 2012), hlm. 40.
[3]Diknas,
Panduan Pengembangan Bahan Ajar (Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Atas, 2008), hlm. 11-12.
[4]Andi
Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, hlm. 79.
[5]Belawati,
dkk, Pengembangan Bahan Ajar (jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka,
2003)
[6]Adi
Kasimbar, Bahan Ajar dan Pengembangan Bahan Ajar. http:
adikasimbar.wordpress.com. diakses tanggal 14 April 2013.
[7]Andi
Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, hlm. 170.
[8]Diknas,
Panduan Pengembangan Bahan Ajar, hlm. 13.
[9]Andi
Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, hlm. 205-206.
[10]Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, hlm.
228.
[11]Adi
Kasimbar, Bahan Ajar dan Pengembangan Bahan Ajar. http:
adikasimbar.wordpress.com. diakses tanggal 14 April 2013.
[12]Diknas,
Panduan Pengembangan Bahan Ajar, hlm. 14.
[13]Diknas,
Panduan Pengembangan Bahan Ajar, hlm. 15..
[14]Belawati,
dkk, Pengembangan Bahan Ajar (jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka,
2003)
[15]Andi
Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, hlm. 266.
[16]Andi
Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, hlm. 301.
[17] Tian Belawati,
dkk., Pengembangan Bahan Ajar, (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka, 2003). Hlm… andi prastowo, hlm.
41
[18] Andi Prastowo,
Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Yogyakarta: DIVA Press,
2012), hlm. 42-43.
[19] Andi, hlm.
374.
[20] Andi, hlm.
374.
[21] Andi, hlm.
374-375.
[22] Andi, hlm.
375-376.
[23] Andi, hlm.
58-59
[24] Zainudin Arif
dan W.P. Napitupulu, Pedoman Baru Menyususn Bahan Ajar, (Jakarta,
Grasindo, 1997), hlm. 36-37.
[25] Andi, hlm.
59-60.
[26]Andi
Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, hlm. 377-389
Tidak ada komentar:
Posting Komentar